Jalan-jalan Jayapura (05) : Demta - The Beautiful Village
Sabtu, 14 Januari 2017
Jam 7.30, kami; aku, Gunawan dan Herpa; berangkat terlebih dahulu. Eka dan kawan-kawan menyusul kemudian. Perjalanan ke Demta sama arahnya dengan arah menuju Kalibiru sehingga kami tidak usah khawatir karena beberapa minggu yang lalu aku sudah ke kalibiru. Ternyata jalan yang kami lalui setelah melewati Kalibiru penuh dengan perjuangan. Memang tidak terlalu masalah bagi mobil Gunawan yang kami tumpangi karena bergardan ganda dengan ban besar. Aku hanya berpikir bagaimana dengan Eka karena menggunakan mobilku yang hanya mobil minibus kecil dengan ban kecil. Harus siap-siap berkorban rangka bawah dan gardan nih....
Untunglah jalan yang buruk ditutupi dengan pemandangan alam nan indah, hijau, rimbun dan benar-benar asri. Sambil ngobrol tak terasa kami sudah mendekati Demta yang ditandai dengan adanya bangunan SMA dengan beberapa rumah yang kemungkinan ditujukan untuk para pengajar tetapi terlihat tak berpenghuni. Ternyata juga sedang ada pembangunan jalan yang dibuat dengan semen hanya saja tanpa besi beton didalamnya.
Menjelang masuk kami disuguhi air terjun persis di samping kiri jalan. Terdapat dua air terjun dengan tinggi sekira dua puluh meter. Air terjun ini kecil saja. Persis diseberangnya yang berupa jurang, tersaji keindahan kota kecil Demta yang bersahaja. Kota yang hidup dari perusahaan perkebunan kelapa sawit dengan dermaga yang terletak di Demta ini. Ternyata oh ternyata, tidak jauh dari air terjun kecil terdapat air terjun yang cukup besar dan mengalir deras. Ketinggiannya hanya sekira empat meter. Sayang aku tidak sempat mengabadikannya.
Ada kapal yang karam di mulut teluk, sayangnya karam di tempat yang dangkal. Kelihatannya karam karena didorong oleh gelombang besar dan hampir tidak mungkin karena kesalahan navigasi. Dari jauh pun aku bisa memastikan bahwa mulut teluk di sisi kanan berkontur dangkal melihat pecahnya ombak di daerah itu. Seandainya ditarik saja dan ditenggelamkan di sekitar daerah itu bisa jadi spot diving baru dan menarik banyak diver ke tempat ini.
Tibalah kami di Demta. Setelah berkeliling sebentar, kami masuk ke warung kelontong yang di depannya terlihat meja untuk makan bakso. Gunawan dan Herpa memesan kopi sedangkan aku memesan es teh manis. Tak ketinggalan karena ternyata tersedia juga bakso, aku memesan satu porsi. Bakso rasa Demta ha ha...Persis di sebelah warung ini ternyata warung makan sehingga kami langsung merencanakan makan siang disitu.
Setelah ngopi, kami menuju kampung nelayan yang berada di belakang kantor polisi. Kantor polisi berada tepat di seberang warung. Kami bertanya kepada seorang nelayan yang sedang mengecat kapalnya dan oleh beliau kami dikenalkan dengan David, seorang nelayan yang bersedia menyewakan kapalnya ke kami. Persetujuan uang sewa dan jam keberangkatan telah disepakati dan kami masih mempunyai waktu tiga jam lebih untuk melihat-lihat dan khususnya aku untuk diving yang kurencanakan di dermaga.
Kami menuju dermaga dan meminta ijin kepada security yang menjaga dermaga untuk melihat-lihat pelabuhan. Aku hanya memerlukan waktu tidak lebih setengah jam, selain panas juga dermaga tersebut tidak besar. Sementara itu Eka berempat sudah tiba di Demta dan menunggu kami di jalan masuk arah desa. Kami makan di warung yang tadi kuceritakan. Aku sendiri tidak makan karena masih kenyang makan bakso tadi. Setelah makan, aku dan Eka berniat ke rumah kepala kampung untuk meminta ijin menyelam di dermaga tetapi ternyata sedang tidak ada di tempat. Akhirnya kami meminta ijin ke Kapolsek Demta.
Aku dan Eka menyelam di Dermaga saat sedang ada pekerjaan pembongkaran muatan kapal. Tidak ada masalah karena kami tidak mengganggu. Setelah menyelam selama lebih satu jam dan waktu sudah menunjukkan jam setengah empat, kami bergegas kembali ke kampung nelayan sedangka Eka dan kawan-kawan kembali ke Jayapura. Tanpa membuang waktu, kami segera berangkat memancing.
Sepulang memancing, kami segera membersihkan badan, membuat kopi dan segera pergi tidur karena jam sudah menunjukkan pukul satu dinihari. Aku dan Herpa tidur di pasar pelelangan ikan yang tampaknya tidak digunakan. Herpa diatas meja beton, aku di hammock yang kupasang diatas meja sedangkan Gunawan di mobil. Pagi-pagi sebelum jam enam tetapi sudah terang benderang kami bangun. Herpa membuat sarapan mie instan dan kopi. Jam tujuh kami berangkat memancing lagi dan kembali pukul sebelas.
Tadinya kami berencana membersihkan badan dan juga dive gear di air terjun yang kami lihat kemarin. Ternyata sesampainya di tempat itu, sudah terparkir dua truk dan beberapa sepeda motor dengan orang-orang memenuhi air terjun yang menjadi tampak tampak kecil saking ramainya. Akhirnya kami memutuskan untuk mampir di kalibiru saja. Di Kalibiru, Gunawan yang sebelumnya sesumbar sebagai anak kampung pasti berani lompat dari ketinggian ternyata sesampainya di lokasi nyalinya langsung mengkeret. Aku dan Herpa tentu saja terjun. Aku hanya terjun sekali saja karena harus membersihkan peralatan menyelamku sekaligus badanku.
Begitulah cerita perjalanan indah di akhir pekan ini. Semangat dan tetap semangat.
So? This is it. My Live My Adventure.....
Komentar
Posting Komentar