Diving Jayapura (17) : SHARK POINT... I got it !!!!

Sebelumnya aku minta maaf kepada Mollo'ers karena tidak bisa datang di acara bersih-bersih pantai. Aku sebenarnya pengin ikut, selain memang itu adalah kegiatan yang positif terlebih lagi aku sendiri adalah termasuk stakeholder dan pengguna aktif pantai Dok 2. Kan aku telah beberapa kali dan pasti akan terus dan terus menyelam di tempat ini. Akan tetapi ajakan teman ke Demta lebih menggoda imron-ku. Kalau hanya Depapre, Tablanusu dan Harlem dengan mudah pasti aku memilih ikut Acara Mollo saja. Ternyata memang pilihanku membawa hasil yang lua biasa....

Sabtu, 14 Januari 2017
Oh-ya untuk perjalanan ke Demta ini aku bagi menjadi 3 entri; entri wisata, mancing dan diving Demta. Petualangan kali ini cukup seru, tidak adil kalau hanya dirangkum di satu entri. Nanti tidak terlihat gregetnya. Ok, langsung ke cerita menyelam...

Dive Pertama - Dermaga Demta

Saat awal melihat dermaga, di sisi yang lebih ke dalam teluk, air laut cukup menjanjikan karena aku bisa melihat sisi bawah perahu sampai kedalaman 4 sampai 5 meter. Aku langsung pengin turun menyelam di dermaga saat itu. Hanya saja ternyata sedang terjadi arus pasang naik. Saat aku turun dengan Eka, partikel lumpur sudah menutupi seluruh dermaga. Jarak pandang hanya satu sampai dua meter saja. Hanya karena sudah kadung saja, aku tetap meneruskan penyelaman ini.




 Kondisi dasar laut sangat mengerikan. Aku masukkan pointer yang panjangnya 20 centimeter sampai habis ditambah separuh genggaman tangan tenggelam belum mencapai dasar lumpur. Entah seberapa tebal lumpur ini menutupi dasar laut. Di kondisi ini bagaimana bisa terumbu karang tumbuh lah.... Setelah beberapa saat mengamati dasar dan pangkal tonggak tiang pancang dermaga yang nyaris kosong kecuali adanya moray eel dengan transparant shrimp di ujungnya, aku akhirya berkonsentrasi di tiang-tiangnya. Ternyata pilihanku benar juga.

Aku menemukan beberapa nudie branch, baik yang soft maupun hard. Juga beberapa obyek foto eksotis lainnya. Alhasil penyelaman ini lewat satu jam padahal kami sudah janji bertemu dengan nelayan yang akan mengantar kami ke laut jam tiga. Di perjalanan naik masih juga bertemu dengan dua stone fish di kedalaman 2 meter saja. Aku yakin dermaga ini masih menyimpan hal-hal yang menarik yang membuatku ingin mengeksplorenya lagi. Nex time lah....

















Dive Kedua - Shark Point

Yes, this is Shark Point, surely. Aku menamakan reef di muka kampung Sinokisi sebagai Shark Point. Mengapa aku namakan itu? Karena aku bertemu paling tidak 10 (sepuluh) hiu. Sebenarnya aku bertemu dengan 15 hiu tetapi mengantisipasi ada beberapa hiu yang sama, rasanya angka sepuluh lebih mendekati sebenarnya. Yang jelas dalam sekali waktu aku sempat lihat empat hiu secara bersamaan. Hanya saja terlalu jauh untuk kuvideokan.

Reef ini biasa saja tetapi cukup luas. Terumbu karangnya kurang berwarna. Lebih didominasi oleh terumbu karang keras. Ikan-ikan kecilnya pun khas Papua alias tidak berjibun. Namun dibalik yang biasa-biasa ini tersembunyi sesuatu yang luar biasa. Saat pertama turun aku langsung dikerubuti oleh lima GT, dua diantaranya cukup besar sekira ukuran lima kilogram. Hampir sepanjang waktu penyelaman ini aku selalu diikuti oleh dua GT besar ini. Kalau saja aku bawa speargun pasti ikan ini sudah menjadi santapan makan malamku.

Belum jauh beranjak dan kibasan finku pun masih belum menemukan akselerasinya, hiu itu pun muncul.tiba-tiba di kejauhan dan tetap berada di kejauhan. Aku yang memang sudah terbiasa dengan kemunculan hiu tidak terlalu peduli di awalnya. Tetapi kemudian muncul lagi dan lagi. Bahkan semakin dekat dan dekat saja. Pernah satu kali hiu itu muncul disampingku dan hampir menabrakku tetapi dengan licahnya melenting ke atas. Saat diatasku itulah aku baru sempat mengambil videonya. Seperti anak kecil, aku benar-benar kegirangan. Kalau tidak ingat umur, mungkin aku sudah menari-nari dan berjingkrak-jingkrak.

Ada dua jenis hiu yang aku lihat yaitu white tip dan black tip sharks. Ukurannya antara satu sampai satu setengah meter. Aku penasaran dengan ukurannya yang kecil-kecil sehingga aku turun sampai kedalaman 25 meter dan menemukan hamparan pasir sejauh aku bisa memandang. Akhirnya aku memutuskan kembali ke kedalaman 15 saja dan menikmati hiu-hiu itu bersliweran. Mungkin hiu-hiu yang berukuran besar tinggal di kedalaman di sisi lain reef ini. Selain hiu, aku juga menemukan segerombolan kakap hitam, beberapa kakap merah, seekor cakalang, tetapi tidak menemukan satu pun penyu. Padahal kata nelayan di reef ini banyak penyu. Oh-ya aku juga bertemu dengan Napoleon besar. Saking besarnya, pas ada hiu yang melintas dibawahnya terlihat sangat kecil. Sayangnya aku tidak bisa mendekatinya, kayuhan kakiku tidak secepat kibasan siripnya.




Di kesempatan lain aku ingin memancing hiu-hiu datang terutama yang besar dengan cara yang diajarkan oleh teman-teman di Sulut dan Morotai. Patut dicoba. It's worth it. Di perjalanan pulang aku mampir ke Kalibiru karena memang melewatinya. Tujuan sebenarnya adalah numpang mencuci alat menyelamku sekaligus membersihkan badan. Tadinya aku mau mencuci di air terjun tidak jauh dari Demta tetapi penuh dengan orang-orang lain dan tidak ada tempat parkir yang cukup dekat lagi.

Begitulah pengalamanku di kali pertama menyelam di tahun 2017. Kelihatannya ini tahun yang baik untuk melakukan eksplorasi di Papua. Semoga....

So? This is it. My Live My Adventure....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jalan-jalan Manokwari (1) : Kesan pertama sangat menggoda

Memancing Jayapura (02) : Harlem yang tidak kelam

Memancing Jayapura (05) : PLTU Holtekamp; seperti pasar malam