Diving Biak (04) : Save the best for last



Biak oh Biak. Bahkan saat menulis ini, tulisan terakhir yang tentang Biak juga belum aku selesaikan. Semoga semua bisa aku selesaikan dalam waktu dekat ini. Terakhir aku diving di Biak sebelum masuk bulan puasa, Lebaran, dan kesibukan kerja. Memulai diving ternyata di Biak lagi. Di tempat yang sama lagi tetapi dengan segala perbedaan yang membuat takjub. Benar-benar tak terbantahkan....

Hari Pertama, 28 Juli 2017

Dive Pertama - Uwi Point

Hari pertama, yang menjadi hari kedua buat teman-teman kami ke Padaido. Menjadi perjalanan yang cukup menyedihkan karena di posisi ini aku mengulang perjalanan yang sama dengan dive trip terakhirku. Menyelam pertama di Uwi Point dan yang kedua di Undi Cave. Nah lo....

Uwi Point hanya sebagai penyelaman antara di perjalanan yang cukup jauh ini. Surface interval satu jam bisa dipergunakan untuk melanjutkan perjalanan menuju ke spot yang sesungguhnya. Kasarnya begitu. Untuk ini, aku tidak banyak menceritakan kembali suasana di Uwi Point. Biarlah foto2 yang berbicara. Karena yang ini aku menggunakan Canon G15 sedangkan sebelumnya dengan Nikon AW130.















Diving Kedua - Undi Cave

Memang penyelaman hari pertama ini seperti mengulang penyelaman terakhir. Keduanya di spot yang sama persis. Oleh karenanya, di penyelaman kedua ini aku menghabiskan waktu hany di cave saja, tidak bergabung dengan teman-teman menelusuri wall keluar goa. Dengan memisahkan diri, aku bebas mengeksplor sudut-sudut goa dan mencoba melihat sampai dasar. Aku perkirakan dalamnya sekira 60 meter saat aku menyelam sampai kedalaman 50 meter. Goa ini cukup rata tanpa ada relung-relung kecil yang biasa menyertai goa bawah laut. Selewat 30 meter sudah tidak ada lagi terumbu karang yang hidup secara sinar matahari pun sudah sangat minim.

Setelah puas mengitari goa, aku menghabiskan waktu dengan mencari ''Denise" pygmea sea horse yang ternyata nihil alias mataku mungkin tidak cukup ahli mencarinya. Kemudian kembali menghabiskan waktu di deco dan safety stop di lima meter dengan mengabadikan keindahan terumbu karang yang diirngi dengan keluarnya gelembung udara diantara karang dari udara yang terbuang dari tabung selam.














Dive Ketiga - Telaga Biru, Fresh Water Dive !!!!


Nah ini baru pengalaman seru!!!! Dan benar-benar seru, lha wong tanganku sampai ngilu ngangkat tabung selam naik turun bukit dan berjalan kaki sejauh 200 meter. Sebenarnya perjalanan ini aku rencanakan untuk diriku sendiri. Ternyata Julius malah mengajak rombongan penyelam untuk sekalian menghabiskan waktu sore hari ke telaga ini.

Telaga biru. Tempat wisata yang menawan. Tidak terlalu jauh dari kota Biak dan juga tidak jauh dijangkau dengan berjalan kaki dari tempat parkir mobil. Tentu saja selama tidak membawa beban yang berat seperti tabung selam ha ha ha...... Tetapi membawa tabung selam yang terasa sangat menyiksa langsung terbayar begitu kita berada di pinggir telaga. Telaga yang bahkan dasarnya yang lebih 10 meter masih terlihat dari atas telaga. Benar-benar sulit dipercaya kalau tidak melihat dengan mata kepala sendiri.

Tanpa menunggu lama, dengan nafas yang masih ngos-ngosan dan keringat yang kayak mata air deras keluar dari sumbernya, aku langsung saja memasang alat selam dan njebur. Dingin yang masih wajar yang malah membuat badan langsung segar. Apalagi kami tidak sempat membilas badan setelah menyelam di laut karena air di hotel habis akibat listrik mati. Selain badan menjadi segar, alat selampun menjadi bersih dibilas dengan air telaga yang bersih ini.

Saya menelusuri telaga dengan menyelam di sela-sela batang pohon yang banyak berhamburan di dasar telaga. Kedalaman telaga dengan diameter hanya sekira 20 meter persegi mencapai 13 meter. Bahkan masih lebih dalam lagi seandainya goa yang menjorok ke bawah dihitung. Hanya saja sangat kecil untuk ukuran badan manusia. Dari bawah memandang ke atas benar-benar menghasilkan pemandangan yang sangat eksotis. Apalagi air telaga yang begitu jernih hampir-hampir tak ada yang menghalangi pandangan mata sehingga hasil foto seperti berada di udara saja layaknya.

Pokoknya benar-benar rekomended buat fresh water dive!!!!















Hari Kedua, 29 Juli 2017

Kalau di hari pertama hanya di dive ketiga saja yang saya merasa sangat berkesan, di hari kedua ini walaupun hanya dua kali menyelam tetapi rasa haus yang saya rasakan setelah tidak menyelam selama hampir dua bulan di Papua benar-benar terpuaskan. Tidak percaya? Silakan baca kelanjutan kisah ini....

Sore sebelumnya, di saat-saat terakhir, aku mengubah keputusanku yang semula ingin mengeksplor daratan plus telaga biru lagi menjadi kembali diving di Padaido. Aku mengambil keputusan ini mengingat di dive terakhir sebelum puasa pas bertemu dengan schoolling barakuda pas batere kamera habis. Benar-benar sial. Untuk itu aku ingin mengulang kembali bertemu dengan kumpulan barakuda hanya saja kali ini aku sudah siap dengan batere plus cadangannya.

Sebenarnya aku menyelam di dua spot, yaitu Barakuda Point dan Mansurbabo Point. Akan tetapi kujadikan satu cerita saja karena kedua tempat tersebut memiliki kemiripan, baik dari segi komposisi terumbu karang dan letak yang berada di tanjung reef. Letak yang berada di tanjung reef ini membuat arus di kedua tempat pun cukup kuat walaupun masih bisa dilawan walaupun cukup menguras tenaga. Hanya saja yang di Mansurbabo cukup sulit kembali ke kapal karena ternyata reef terakhir puncaknya masih di kedalaman 15 meter.

Perhatikan ini : Saya bertemu dengan schoolling barakuda sirip silver yang sudah tidak terlalu takut bertemu manusia, bersua dengan 5 ikan pari manta (manta rays) kecil yang dipimpin satu pari elang (eagle ray), dikelilingi rombongan 10 ekor ikan barakuda sirip kuning, berpapasan dengan satu ekor ikan tenggiri besar dengan panjang lebih dari satu meter, disapa oleh ikan tuna gigi anjing (dogtooth tuna) yang hanya sepanjang 70 sentimeter, diintai dari jauh oleh beberapa hiu sirip ujung putih (whitetip sharks), ditengok sebentar oleh schoolling GT, setiap saat ditemani kumpulan ikan botana (surgeon fish), diiming-imingi ribuan ikan kembung/tude, ikan salem yang bersliweran, dan penyu yang kabur saat saya mau ambil foto. Mantap bukan?








Pada akhirnya, saya harus membayar kepuasan ini dengan melakukan deco stop selama 20 menit. Worth it lah.....

Berwisata Pasir Timbul

Karena sudah puas menyelam dua kali, saya tidak mau merusak kenikmatan ini dengan menyelam ketiga. Jadi saya menambah kesenangan ini menjadi kebahagiaan dengan berwisata ke Pulau Mansurbabo. Lengkap sudah. Tiga pulau tak berpenghuni yang disaat surut saling terhubung dengan pasir putih yang terbentang luas. Tidak ada lagi yang dicari di hidup ini jika sudah sampai di surga dunia ini..... Lengkap sudah hidup ini. Sempurna!!!







Inilah pengalaman membahagiakan dan sekaligus menegangkan di Biak. Saya akan kembali menyambanginya lagi.

My Live My Adventure !!!!!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jalan-jalan Manokwari (1) : Kesan pertama sangat menggoda

Memancing Jayapura (02) : Harlem yang tidak kelam

Memancing Jayapura (05) : PLTU Holtekamp; seperti pasar malam