Jalan-jalan Sorong (01) : Where we stay...

Selasa, 26 Juli 2016
Sorong, I'm coming.....

Saat hampir mendarat, sempat mengabadikan hujan yang jatuh tidak merata di kota Sorong. Seingatku, baru kali ini aku melihat hujan yang turun tidak rata. Sempat kuabadikan pula.

Perjalanan wisata di Sorong kali ini tidak bisa lama. Uang perjalanan dinas hanya diberi sampai dengan hari Kamis. Hari Jumat untuk perjalanan balik ke Jayapura. Namun kenyataannya, tugas baru bisa diselesaikan hari Jumat. Biarlah demi negara aku nombok. Hi hi....

Jadinya aku baru sempat jalan-jalan berupa diving dan ke Pulau Doom hari Sabtu. Bahkan ronda-ronda (putar-putar) Kota Sorong, dalam arti wisata, tidak sempat aku lakukan. Semoga di kedatangan berikutnya lebih banyak obyek yang bisa aku ceritakan. Untuk kali ini biarlah aku berbagi pengalaman mengenai hotel tempat aku menginap dan perjalanan hari Sabtu (dengan judul Diving Sorong).

Di perjalanan ini, kami menginap di 2 hotel berbeda. Hal itu dikarenakan untuk hotel yang pertama ditanggung dengan uang perjalanan dinas. Sedangkan yang kedua menggunakan uang pribadi. Yang ditanggung negara, teman di Sorong menyarankan untuk mengambil kelas president suite di Hotel Luxio yang pas dengan biaya dinas hotel. Sedangkan untuk yang pribadi, pada hari Jumat, kami pindah ke Hotel Belagri yang ada diatas bukit. Katanya sih ada Hotel Belagri yang di bawah.

Jadi inilah cerita kami, semoga bisa menjadi bahan rujukan teman-teman.....


Hotel Luxio - Edelwise President Suite

Hotel Luxio sebenarnya hotel bintang 3 dan setahuku tidak memiliki fasilitas lain diluar karaoke, wifi, dan restoran kecil. Jika bisa disebut taman, kondisinya pun terlihat kurang terurus. Yang kelas bawah, seperti superior dan deluxe kondisinya sudah memprihatinkan. Katanya sih sedang mau direnovasi.so kita lihat nanti lah...

Aku tidak tahu bagaimana kondisi kelas-kelas lain di bawah president suite, tapi kalau lihat luarnya yang mirip bisa dibilang kondisi dalamnya juga tidak jauh beda. Tentu saja beda utamanya adalah pada jumlah kamarnya. Di predient suite, ada 1 kamar utama, 2 kamar biasa dan 1 ruang serbaguna (dapur, makan, dan ruang keluarga). Buat kami yang bekerja sebagai satu tim sehingga diperlukan banyak pembicaraan yang bersifat rahasia, jelas kelas president suite ini sangat tepat buat kami.
 Walaupun di depan kamar tidur utama ada bangku yang jumlahnya pas buat kami dan bahkan di ruang keluarga terdapat sofa, kenyataannya kami 'ngobrol' malah di ruang tengah di pinggir kolam. Kenyataannya pun 2 hari di hotel ini aku tidak sempat eksplore sama sekali, kecuali di dalam ruangan. Pagi-pagi setelah sarapan kami sudah berangkat. Menjelang tengah malam baru masuk hotel lagi.
Kolam renang berair terlihat bersih tetapi aku risih untuk mencobanya. Tidak tampak ada aliran atau perputaran air tanda filterisasi. Saat hujan pun, di ruang tengah ternyata bocor sehingga air membasahi kursi malas yang untungnya juga sama sekali tidak kami pakai.
 Tempat tidur di ruang tidur utama dan kamar lainnya sama besarnya. Hanya saja di kamar utama terdapat bantal dan guling tambahan bercorek batik.
Televisi ada di setiap ruangan. Sedangkan sofa hanya ada di ruang utama. Di kamar lain berupa bangku di pinggir jendela.
 Lemari di belakang tempat tidur ada di semua kamar tidur. Hanya saja di ruang utama lebih luas.
 Hanya di ruang utama saja yang tersedia bathtub dan taman di kamar mandi.
 Wastafel di ruang utama ada 2 buah sedangkan di kamar lain 1 buah.
Sarapan yang disediakan jauh dari kemampuan kami untuk menghabiskan bahkan setengahnya saja.



Dengan harga korporasi, ternyata kami bisa juga mencicipi kelas president suite.









Hotel Belagri

Setali tiga uang dengan Hotel Belagri. Masuk hotel sudah menjelang sore dengan kondisi badan harus diistirahatkan. Selain capai, badan yang meriang menjelang kena flu, aku pun harus siap untuk diving keesokan paginya. Jadinya malam Sabtu aku habiskan dengan istirahat saja.

Aku mengambil kelas deluxe yang walaupun dengan corporate rate tetap cukup mahal kalau ditanggung dengan uang pribadi. Kecuali dinas rasanya lain kali aku tidak akan kemari lagi. Atau mungkin aku akan mengambil kamar superior saja. Beda deluxe dengan superior, kata resepsionisnya, hanya pada view-nya saja. Di kelas superior tidak ada jendela sama sekali.


Jadi biar tidak rugi mengambil kelas deluxe, aku buka jendela kamarku walaupun sudah malam. Toh hampir tidak akan ada orang yang akan melihat kamarku karena posisinya yang tinggi di atas bukit.









Sabtu pagi sempat menikmati sarapan di hotel, sedangkan hari Minggu pagi tidak sempat padahal breakfast buka dari jam 05.00. Tempat resto-nya bagus dan ditata dengan apik ditambah dengan view menawan... sempurna lah.





 

Walaupun lelah pulang diving karena kondisi badan yang memang tidak fit, aku memaksakan diri nongkrong di Sunset Bar, karena (kata teman) kita akan disuguhi pemandangan indah matahari terbenam. Itulah mengapa bar ini dinamakan Sunset Bar. Tapi memang dasar bukan hari keberuntunganku. Hujan yang turun dari sore tetap menyisakan mendung yang menutupi hampir keseluruhan langit di atas kota Sorong. Akhirnya aku hanya menikmati suasana pergantian sore ke malam di Sunset Bar ditemani teh tawar dan singkong goreng dengan rasa pas-pasan plus harga mahal.




Nah teman-teman, itu lah cerita dimana aku tinggal selama di Sorong. Mau dijadikan referensi ya silakan, tidak juga tidak apa-apa...  Begitu saja koq repot.

Sebenarnya ada beberapa tempat yang rekomen untuk aku ceritakan, seperti tembok berlin, sunshine beach, dll tetapi biarlah untuk lain kali saja, karena aku berhutang tempat makan enak milik teman yang malah lupa aku ambil fotonya. So? Next time better lah....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jalan-jalan Manokwari (1) : Kesan pertama sangat menggoda

Memancing Jayapura (02) : Harlem yang tidak kelam

Memancing Jayapura (05) : PLTU Holtekamp; seperti pasar malam