Jalan-jalan Sorong (02) : Doom yang jauh dari kiamat

Pulau Doom (atau Dum ?) adalah pulau yang jaraknya masih sangat dekat dari Kota Sorong sehingga masih masuk wilayah kota. Dari Halte Doom, masih sangat terlihat jelas bahkan orang-orang yang bersliweran. Dengan kapal angkutan umum hanya butuh 10 menit dan tarif 5 ribu. Aku perhatikan hampir setiap 15 menit ada kapal yang datang dan pergi. Gunawan adalah yang pertama tertarik untuk mengunjungi Pulau Doom. Ini karena hasil dari obrolan kami dengan pemilik warung yang mengatakan ada beberapa pengrajin batu akik disana. Jadilah kami kesana, setelah mengantarkan teman-teman diving kembali ke Halte Doom.

Tugu selamat datang di Kepulauan Doom dan sambutan para tukang becak yang dengan ramah menyapa kami membuatku langsung merasa diterima disini. Sangat berbeda dengan tempat-tempat lain yang selama ini aku rasakan. Gunawan langsung saja menuju ke rumah pengrajin batu akik. Aku yang masih ambil foto sana-sini tertinggal di belakang. Tapi malah aku yang beli batu potongan terlebih dahulu.

Aku tinggalkan Gunawan yang masih sibuk mencari-cari batu akik, kembali ke pangkalan dan menawar ongkos becak keliling Doom. Tapi ternyata mereka 'keukeuh'  dengan tarif Rp. 50.000,-  sehingga akhirnya aku yang mengalah. Dan berkelilinglah aku naik becak....

Aku duduk sendiri, sambil mengangkat kaki,
melihat dengan asyik keramaian yang ada...

Lihat becakku lari, kereta tak berkuda
Becak, becak, coba bawa saya...

 
 
 



Kata Om tukang becak, mereka ini sedang membuat jalan setapak mendaki bukit yang akan menjadi tempat wisata di kepulauan ini. Semoga saja...

 
 

Foto Jokowi mengelilingi separuh lapangan. Jokowi memang cukup bisa mengambil hati rakyat Papua dan Papua Barat.



Kata Om tukang becak, pagar rumah ini adalah peninggalan Belanda. Pagar batunya? Lalu rumahnya? Entahlah...
 
 
 
 
 


Sebenarnya ada yang bisa dibuat sebagai tempat wisata sejarah yaitu bunker-bunker yang kata Om tukang becak ada 4 buah. Tapi aku rasa bisa lebih. Sayangnya bunker ini, sekarang ini, semuanya berada di halaman rumah penduduk. Bahkan ada 2 yang berada di dalam pagar, hampir tak terlihat kalau tidak ditunjukkan oleh Om tukang becak. Jika ada bunker, tentu saja ada peninggalan masa perang lainnya. Seperti rumah yang aku perlihatkan di atas, misalnya. Atau peralatan perang dan goa-goa tempat tinggal (biasanya Jepang melakukannya).

Ternyata aku sudah ditunggu teman-teman untuk balik ke Sorong karena Gunawan masih mau berburu batu akik ke Pasar Remu. Aku sudah menyerah, badan sudah mau rontok rasanya. 
Selamat tinggal Pulau Doom, semoga aku bisa menjejakkan kaki kembali ke tempatmu....



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jalan-jalan Manokwari (1) : Kesan pertama sangat menggoda

Memancing Jayapura (02) : Harlem yang tidak kelam

Memancing Jayapura (05) : PLTU Holtekamp; seperti pasar malam