Diving Jayapura (03) : Spot Base G yang rupawan

Akhirnya kesampaian juga menyelam di Base G. Dive Sites yang dari Manado pun sudah aku dengar. Mirip-mirip Malalayang. Berada di dalam Kota Jayapura dan dengan keindahan yang kurang-lebih sama pula. Hanya saja di Base G kita tidak bisa Beach Entry. Bukan benar-benar tidak bisa, tetapi jelas butuh fisik prima, perhitungan yang matang, dan tidak sial. Mengapa? Pantai Base G adalah pantai yang dasarnya datar dan dangkal cukup jauh dari bibir pantai. Mungkin ada sekira 100-200 meter. Kemudian mengalami patahan yang cukup dalam sehingga menyebabkan ombak pecah di bagian ini. Akibatnya bagi penyelam akan terguling-guling dan itu jelas sangat berbahaya. Harus dengan perhitungan pasang-surut dan memilih saat pasang agar tidak jauh berjalan menenteng tabung. Dan semoga tidak sial dengan perubahan cuaca yang tak terduga di Jayapura. Kata teman, pernah saat awal menyelam cuaca cerah tetapi saat selesai ternyata cuaca sudah gelap dengan gelombang besar dan tinggi. Sangat berbahaya tentunya.

 
Hari ini, Sabtu tanggal 8 Agustus 2016, aku menyelam dengan teman-teman baru lagi kecuali Pak Thomas. Kami menyelam di Spot Base G 1. Ada 3 spot di dive site Base G. Seperti biasa, nama mereka juga tidak nyantel di otakku. Sudah maklum kan? Dan diving kali ini aku sedang mencoba membiasakan diri memakai wetsuit. Ceile.... Pasti Daniel tertawa kalau tahu...

Kelihatannya Pak Thomas sedang membiasakan dan menambah jam terbang teman-teman diver karena aku dan teman satu lagi dibebaskan untuk eksplore sendirian. Tetapi karena aku masih baru pertama kalinya menyelam disini maka aku berketatapan untuk ikut saja di belakang mereka dan di sisi bawah karena dari briefing aku tahu Pak Thomas hanya akan diving di 9 meter saja.

Kenyataanya aku pun tak lebih dari 15 meter karena dari perkiraanku dasar berpasir rata ada di 20 meter saja. Pak Thomas dkk berada di bibir tubir di 9 meter sedangkan aku di lereng dengan kemiringan bervariasi kadang-kadang wall tetapi sering juga dengan kemiringan 45 derajat. Di banyak tempat ditemukan karang hancur rata bekas bom. Menyedihkan.....

Tetapi aku yakin jika pemerintah mengambil tindakan cepat dan segera, kehancuran ini bisa dipulihkan. Dari pengalamanku, selama masih ada terumbu karang yang terjaga, kondisi bisa dikembalikan dengan cukup cepat. Tentu saja dibantu dengan penanaman atau transplantasi terumbu karang. Aku jadi ingat Eka yang menceritakan baru 2 minggu penanaman terumbu karang, sudah di bom lagi oleh Nelayan. Ironis...

Aku sendiri tidak mau langsung menyalahkan mereka yang melakukan pengeboman. Persoalan ini ruwet selama pemerintah tidak mempunyai niat baik untuk menanggulanginya. Jadi mari kita nikmati saja pemandangan yang aku sajikan dari foto-foto ini.

Yang jelas, perlu menyelam berkali-kali disini karena banyak rongga, relung, dan celah-celah yang bisa menjadi rumah bagi berbagai ikan dan mahluk aneh yang bisa-bisa belum aku lihat sebelumnya seperti pengalaman di tanjung saat melihat Wobbegong.












Bukan aku namanya kalau tidak tersesat atau tepatnya tiba-tiba kehilangan rombongan Pak Thomas. Jadi aku lanjutkan saja menyusuri lereng. Setelah tabung mendekati 50 bar aku keluar, setelah safety stop tentunya, dan ternyata aku sudah terlewat jauh dari kapal. He he....

Sebenarnya ada menyelam sambil spearfisihing di hari Minggu, dua kali dive malah, tetapi karena judulnya 'spearfishing dive' dan blog ini tidak ditujukan untuk itu jadi tidak aku tuliskan disini. So? This is it.... My Life My Adventure !

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jalan-jalan Biak (02) - Kota Biak (01), pembuka saja...

Jalan-jalan Jayapura (09) : Pesawat Terbang mejeng di Koya Timur

Jalan-jalan Manokwari (1) : Kesan pertama sangat menggoda