Diving Jayapura (01) : Pengalaman pertama begitu menggoda
Setelah lebih 2 bulan aku di Jayapura, akhirnya tersalur juga hobi menyelam yang sudah tersumbat 3 bulan. Dan cerita ini aku gabung untuk 2 hari diving bersama Molo Diving Club yang didukung oleh Tirta Mandala Dive Center. Jadi setiap libur, dive center ini sudah mempersiapkan tabung, tanpa ada kepastian akan ada dive trip. Semua tergantung ada penyelam yang datang atau tidak dan cuaca yang mendukung. Pokoknya setiap libur (Sabtu, Mimggu, dan tanggal merah lainnya) silakan datang jam 8 pagi.
Dive Sabtu, 23 Juli 2016
Aku tiba di Hotel dan Kolam Renang "Tirta Mandala" sebelum jam 8 pagi. Hotelnya sudah berkesan suram, dan aku tidak tahu tingkat huniannya. Tetapi kalau dilihat dari sarapan yang disediakan, kelihatannya lumayan banyak juga. Aku tahu karena aku bilang ke Pak Thomas (Instruktur selam di Tirta Mandala) mau cari sarapan, malah sama beliau diajak makan di resto hotel dan gratis pula. Kolam renangnya pun unik. Airnya diambil dari air laut karena memang hotel ini berada di pinggir laut di dalam Teluk Jayapura. Jadi ya kolam renang air asin. Mungkin satu-satunya di Indonesia ya.
Jam 9.30 baru kami jalan. Itu pun hanya berempat; aku, pak Budi dari TNI, pak ? (lupa namanya he he...) dari POLRI, dan Pak Thomas. Pak Budi ber-buddy denganku. Ternyata mesin tempel agak tersendat sehingga harus pelan-pelan, karenanya Pak Thomas memutuskan untuk menyelam di Spot Tanjung Kali Batu (ada juga yang menyebut Tanjung Setan) yang tidak terlalu jauh dan belum keluar teluk. Tadinya kami berencana mneyelam di Dive Site Base G yang mempunyai 3 spot. Buatku tidak masalah, toh memang ini penyelaman pertamaku disini. Dan ternyata spot ini sangat mengesankan buatku. Aku bertemu dengan Hiu Wobbegong! Buatku yang baru pertama bertemu dengan hiu ini jelas menjadi pengalaman yang luar biasa. Aku jadi kasihan dengan Daniel & Yuli (My Soulmate Buddys) yang semakin tertinggal olehku....
Spot Tanjung Kali Batu adalah spot yang diperuntukkan buat penyelam yang masih dalam tahap belajar (versi Pak Thomas ya...) karena arusnya relatif bersahabat dan dasarnya slope sampai dengan 10 - 15 meter. Lebih dari itu drop dengan kemiringan sekitar 60 derajat dan rata pasir saja. Jadi ya kami main-main di dangkal saja sehingga bisa berlama-lama. Kata Pak Thomas sekira 80 menit; divecomp-ku habis baterai jadi tidak tahu waktu. Tetapi dari terumbu karang yang sebagian besar rusak itu masih tersembunyi berbagai keelokan alam bawah lautnya. Biarlah foto yang aku sajikan bercerita mewakili aku saja.
Inilah spot "Tanjung Kali Batu" persis di mulut Teluk Jayapura
Banyak ikan hawk hidung pesek (kayak siapa ya?) yang nangkring minta difoto. Yang hidung mancung pun banyak, hanya koq jarang yang minta difoto...
Ikan badut 'nemo' pun gampang ditemui
Tak mau kalah, ikan Lion pun merentangkan sirip dengan anggunnya. Hanya saja masih malu-malu. Setiap mau difoto selalu dengan cepat membalikkan badan.
Pak Polisi action di belakang nemo. Maaf ya... aku bikin blur he he....
Fins kuning ke kanan, ikan ekor kuning ke kiri... Mana yang harus aku ikuti nih?
Udang transparan bergaya seperti biasa. Hanya saja dia butuh teman, karena tak kulihat udang yang lain di sekitarnya.
Yuk pindah yuk.... Cari yang lebih banyak makanannya.... Beginilah kalau Karang Api berada di dasar laut berpasir rata... Terlihat mencolok. Bagus untuk obyek foto.
Hayo... Apa kalian bisa lihat ikan batu di foto ini? Stone fish, atau kalau di jawa disebut ikan lepuh, sangat berbisa. Bahkan bisa menyebabkan kematian kalau tidak segera ditolong. Kurang ajarnya, sudah berbahaya, susah dilihat dan disadari kehadirannya. Nah lo....
Ular laut cincin hitam ini bisanya 10x ular sendok. Tapi kalau ular sendok langsung waspada saat didekati, ular laut ini tetap santai, bahkan tidak masalah jika dipegang lembut.
Anemone yang menjadi rumah ikan badut ini sangat indah warnanya ya.... perpaduan ungu dan pink. Aku jadi bingung mau motret yang mana...
Nah ini yang membuat penyelamanku menjadi sangat berkesan. HIU WOBBEGONG.....
Kalau boleh kusebut inilah ikon Papua untuk wisata bawah lautnya.
Inilah alam bawah laut 'Tanjung Kali Batu'. Sudah cukup rusak namun masih menjanjikan berjuta harapan bagi para diver, termasuk aku. Semoga pemerintah daerah lebih memberi perhatian terhadap pelestarian alam termasuk alam bawah laut.
Penyu kecil yang kurekam video, kasihan sampai termehek-mehek kabur terbirit-birit karena kukejar he he.....
Ikan Kulit Pasir atau Botana ternyata banyak ditemui di spot ini. Hanya saja yang disini seukuran telapak tangan saja. Yang besar-besar aku lihat keesokan harinya saat hunting.
Inilah Hiu Wobbegong kedua yang aku lihat. Kedua-duanya hanya di kedalaman 6-8 meter saja dan tersembunyi di bawah karang.
Kembali ke dermaga setelah melakukan penyelaman 'refreshing entries' bersama Papua Diver
Alat selam langsung dicuci. Kecuali aku, alat selam dititipkan di dive center. Aku tak bisa seperti itu karena aku kan hampir pasti akan dive trip tidak dengan mereka.
Dive Minggu, 24 Juli 2016
Aku tidak tahu, apakah memang sudah diatur jadwal seperti itu. Sabtu untuk Dive-Tour Trip dan Minggu untuk Dive-Hunting Trip. Rasanya memang seperti itu. Atau mungkin disepakati beberapa hari sebelumnya di group Molo di WA. Aku tidak tahu karena aku belum dimasukkan ke group. Yang jelas, pada hari Sabtu sehari sebelumnya, Pak Thomas memberi tahu kalau nau ikut hunting, datang saja hari Minggu. Jadi ya karena tertarik dan pengin coba, aku datang lah....
Sebenarnya aku tidak terlalu suka menembak ikan saat diving kecuali memang benar-benar untuk kebutuhan perut. Aku lebih suka spearfishing yaitu menembak ikan dengan tahan nafas. Lebih menantang. Bukan hasil ikannya yang kucari tapi tantangannya itu. Tetapi aku pikir, sesekali ikut tidak apa-apa lah. Hitung-hitung pengalaman. Hanya saja aku tetap membawa kamera, siapa tahu ada obyek bagus.
Ternyata yang ikut cukup banyak. Ada 8 orang (termasuk aku). Pas di 8 lobang tabung yang tersedia di kapal. Untuk hunting ini, kami menggunakan tabung ukuran 100. Aku baru mau sekali ini memakainya. Aku selalu memakai tabung ukuran 80 sebelumnya. Pak Thomas sudah menyarankan agar aku memakai BCD bukan backpack seperti biasanya karena kami menyelam di laut lepas sehingga kemungkinan harus lama terapung cukup besar. Btw aku tidak bisa menyebutkan nama satu persatu. Tidak nyantel di otakku, nama-nama mereka di pertemuan pertama ini.
Karena kami berangkat sudah agak siang (jam 10.30), kami hunting di spot yang tidak terlalu jauh. Persis berada di depan Base G. Kurang lebih 2 kilometer dari pantai. Nama spotnya Reef Tengah. Kata Pak Alam, nama spot menurut nelayan susah dilafalkan jadi mereka menyebutnya seperti itu saja. Singkat cerita, inilah hasil yang aku dapat, atau lebih tepatnya aku tidak mendapatkan ikan sama sekali kecuali satu obyek foto Nudie cantik di kedalaman 20 meter yang aku foto dengan tergesa-gesa karena sudah mepet waktu deco.
Aku tidak tahu nama nudie branch yang aku temukan. Panjang sekitar 5mm saja. Sedang menempel di terumbu karang dengan penampang sebesar ibu jariku.
Ini hasil jepretanku yang sudah di-crop sehingga tampak cukup besar. Apa ya nama nudie ini?
Ini hasil buruan teman-teman. 3 ikan tenggiri dan cukup banyak ikan salam.
Terakhir saat aku berpamitan dan meminta maaf karena tidak bisa bergabung dengan teman-teman untuk makan siang hasil hunting sebelumnya, aku dipaksa untuk mengambil sejumput nasi dan satu potong ikan tenggiri goreng sebagai syarat, entah kepercayaan apa yang dianut, tetapi aku ikuti saja. Toh ikan tenggirinya memang enak karena benar-benar segar.
Sampai bertemu di pengalaman berikutnya....
Terakhir saat aku berpamitan dan meminta maaf karena tidak bisa bergabung dengan teman-teman untuk makan siang hasil hunting sebelumnya, aku dipaksa untuk mengambil sejumput nasi dan satu potong ikan tenggiri goreng sebagai syarat, entah kepercayaan apa yang dianut, tetapi aku ikuti saja. Toh ikan tenggirinya memang enak karena benar-benar segar.
Sampai bertemu di pengalaman berikutnya....
keren foto2nya, untuk contact number dive centrenya ada yah ka??
BalasHapusWiihh mantab. Like the photo so much.
BalasHapusPak Alam dan Pak Thomas adalah kawan lamaku, sering dive bersama pada 1994-1997. Terakhir ketemu Pak Alam ketika ikut Sail Bunaken pada 2009. Bravo para Diver.
BalasHapus