Memancing Jayapura (01) : Danau Sentani nan luas

Teman-temanku punya hobi memancing, jadi ya aku ikut-ikutan saja lah. Jadi kami, aku, Gunawan, Agus Junaedi, Andi dan Herpa pada Sabtu, 21 Mei 2016, dinihari pergi memancing di Danau Sentani. Danau Sentani sendiri berada tidak jauh dari kota Jayapura, sekira satu jam perjalanan kalau tidak macet atau kalau tidak ada demo. Demontrasi dan perselisihan yang membuat jalan tersendat atau bahkan ditutup (dipalang, istilah di Papua) sudah beberapa kali aku alami padahal baru 2 bulan disini.

Sesuai kesepakatan, jam 7 kami sampai di Dermaga Khalkhote dan ternyata perahu sudah siap di tempat. Karena Danau Sentani termasuk danau yang luas, yang terdiri dari 22 pulau dan 16 subsuku dari suku Tabi, kami mengikuti saja kemana saja perahu pergi.

 Oh ya, pemandangan di Danau Sentani ini sungguh menakjubkan. Kita seperti berada di lokasi syuting film anak-anak 'Teletubbies'. Ingat? Berpelukan..... Ya Danau Sentani benar-benar dipenuhi dengan bukit Teletubbies. Atau lebih tepatnya bukit gundul yang ditutupi rumput. Entah harus sedih (karena gundul) atau kagum karena indah.

Beberapa kali saya juga lihat elang entah jenis apa. Mirip elang jawa yang berwarna coklat dan tidak terlalu besar. Jenis burung-burung lain pun juga banyak. Di salah satu sudut danau juga ditutupi tanaman teratai yang berbunga indah sekali. 

Memancing di danau ini gampang-gampang susah. Gampang karena hanya dengan umpan nasi saja bisa dan susah karena seperti layaknya memancing di air tawar, kita harus tahu benar kapan harus menarik joran.


 Selain dengan nasi, umpan yang kami siapkan ada cacing, umpan kodok dari karet, dan ikan hasil tangkapan. Tetapi ternyata yang efektif adalah nasi dan cacing. Hanya aku susah mengaitkan cacing ke kail karena mata plus sedangkan cacingnya bisa mengkerut kecil sekali. Jadi ya aku memakai umpan nasi saja.

Ikan yang kami pancing sebagian besar adalah ikan mujair dan ikan merah (ikan pelangi merah). Ikan gator (gabus toraja), yang konon katanya juga banyak, yang diincar oleh teman-teman malah tidak bisa didapat. Ada sih yang nyangkut tapi ukurannya sangat kecil, jadi dilepaskan lagi. Ikan endemik Danau Sentani sendiri ada 4 yaitu, ikan gabus, ikan pelangi, ikan pelangi merah dan ikan hiu gergaji. Ikan gabus sudah langka karena dimakan ikan gator yang memang berada sebagai predator utama, selain manusia tentunya. Aku sendiri jelas, sebagai penggila selam, (amat sangat) pengin banget lihat ikan hiu gergaji.

Selain memancing, aku juga mencoba spearfishing menggunakan alat buatan nelayan. Lebih satu jam hanya dapat satu ekor. Pengalaman dan kebiasaan memang tidak bisa dibohongi. Bahkan tanpa sengaja aku malah menjatuhkan panah milik nelayan di kedalaman 8-10 meter. Aku coba untuk menyelam. Tapi baru sampai di kedalaman sekira 5 meter, bulu kudukku sudah meremang berdiri karena tangan yang aku julurkan lurus ke bawah sudah tak terlihat lagi. jadi ya terpaksa aku relakan lah dan aku ganti dengan uang lima puluh ribu.

Aku juga mengumpulkan kerang yang bertebaran di tepi danau terutama di daerah yang berlumpur. Pertama-tama harus melihat dan diajari dulu oleh nelayan terutama cara membedakan cangkang kerang yang masih hidup atau ada isinya dan yang sudah kosong. Kerang ini konon enak dimakan dengan cara masak seperti memasak kerang pada umumnya. Hanya saja perlu di-puasa-kan selama 2 hari dengan terus direndam di air bersih agar pasirnya keluar.

Kegiatan memancing di Danau Sentani jelas butuh fisik prima dan benar-benar penyuka mancing. Lha wong puanuas buanget koq.... Perahu tanpa atap lagi. Jadi ya jangan lupa topi (topi jepang kalau perlu) dan lengan panjang.

Menjelang makan siang, dengan jumlah ikan lebih dari 30 dengan besar kurang lebih ukuran 3 jari, kami mencari daratan yang cukup teduh untuk makan siang. Nasi putih memang sudah disiapkan Herpa. Lauk? ya ikan hasil mancing lah.. he he...

Sementara aku memasak, teman-teman melanjutkan acara memancing dari daratan. Tapi entah apa yang diperbuat Gus Jun di semak-semak itu ya? Pake nyengir lagi....

Kalau pergi berwisata denganku, tidak ada istilah makan seadanya. Namanya perjalanan wisata, apapun itu; camping, trekking, naik gunung, memancing, diving, dsb; acara makan-makan tetap harus dibuat nikmat. Jadi kali ini aku memasak ikan goreng masak saus tiram. Hmm sedap....

Sehabis makan, ternyata nelayan sudah ditunggu pemilik perahu dan cuaca pun mendung sehingga kami memutuskan untuk kembali saja. Tetapi kami pasti akan kembali lagi memancing di Danau Sentani, entah kapan.....







Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jalan-jalan Manokwari (1) : Kesan pertama sangat menggoda

Memancing Jayapura (02) : Harlem yang tidak kelam

Memancing Jayapura (05) : PLTU Holtekamp; seperti pasar malam