Diving Jayapura (06) : Joan yang nggegirisi

Sebenarnya diving kali ini 'numpang' wisata teman-teman kantor ke Pantai Joan dan menginap semalam di Harlem. Tentang wisata bersama teman-teman kantor aku bahas di entri berikutnya. Jadi tulisan kali ini langsung saja saat diving di Joan dan nightdive di Harlem. Ok?


Sabtu, 3 September 2016

Dive #1 - Spot Joan


Spot Joan atau penduduk lokal menyebutnya Ameyrepa sebenarnya bukan spot yang ideal buat diving. Pertama, terumbu karangnya tidak tumbuh merata dan masih dalam masa pertumbuhan dari kehancuran sebelumnya. Hancur oleh bom dan racun. Kedua, arus cukup besar padahal berada di teluk kecil yang seharusnya bisa melindungi diver dari arus. Kemungkinan besar arus berasal dari depan dan dalam waktu-waktu tertentu di masa lalu (dan sangat mungkin di masa depan) arusnya pasti sangat kuat. Kenapa aku bisa berpikir seperti itu? Dasarnya membentuk bukit-bukit serupa pegunungan yang berderet-deret memanjang ke arah pantai. Berbeda dengan alur yang melintang yang menandakan terjadinya gelombang atau ombak yang besar di permukaan. Ditambah dengan ceruk-ceruk besar di bagian dasar tembok karang menambah keyakinanku akan hal ini.

Saat awal diving, aku dan Eka harus menyusuri semacam alur, disini aku sebut saja palung, diantara karang. Palung ini digunakan perahu-perahu sebagai jalur keluar-masuk terutama disaat surut. Saat hampir sampai dinding luar, palungnya langsung menurun tajam, bukan hanya 90 derajat tetapi malah menjorok ke dalam di dasarnya menyerupai goa. Saat awal turun aku masih berani masuk goa sampai 2 meter ke dalam. Ngeri-ngeri sedap rasanya, lha wong aku lupa bawa senter padahal goanya cukup sempit dan gelap gulita. Sebagai gantinya, setiap saat aku nyalakan blitz kamera sebagai penerang. Saat keluar goa aku dipinjami senter oleh Eka. Dia sendiri menggunakan senter yang menyatu dengan strobe-nya. Hanya saja selewat goa tadi aku tidak menemukan lagi ceruk besar yang bisa kumasuki walaupun ceruk dan lobang kecil sangat banyak sehingga senter Eka sangat berguna. Anehnya lagi, begitu keluar palung dengan celah yang melebar, dasar laut malah naik sekira 2 meter lagi. Yang tadinya sedalam 7 meter menjadi 5 meter, kemudian turun pelan-pelan sampai saat balik; setelah kurang lebih menempuh 100 meter lurus sedikit serong ke kanan keluar pantai; kedalaman masih tidak lebih dari 13 meter. Berbeda jauh dengan Harlem dan Serebo.

Di perjalanan ini aku melihat schoolling ikan ekor kuning, kulit pasir, tude dan strip kuning. Beberapa ikan sweetlips besar juga lewat. Pada saat balik, di bawah karang meja besar aku melihat ikan kakap hitam besar seberat kira-kira 20 kilogram. Sayang aku tidak bawa speargun mengingat ikan sebesar itu hanya 'sorangan bae' he he... Kan kasihan atuh... Lebih menyesal lagi karena ternyata tidak jauh dari tempat itu aku lihat lobster besar seberat lebih 2 kilogram!!! Nah lo... Nyesel-nyesel dah!

Di perjalanan balik, aku menelusuri dinding karang dan mencoba alur palung jalan lain menuju pantai. Saat berada di tengah palung dengan di depanku berupa goa gelap yang berarti tidak ada jalan ke atas, arus terasa menentangku tanda pas puncak surut, aku ragu-ragu. Keraguan seorang penyelam adalah alarm yang harus benar-benar diperhitungkan. Akhirnya aku memutuskan untuk keluar palung tersebut dan menuju pantai dari arah aku masuk tadi. Safety first dengan catatan aku akan balik lagi kesini untuk eksplore dinding dan goa di sekitar spot ini.




  

Dive #2 - Nightdive di Harlem

Dive kedua jadi dive yang bisa disebut senjata makan tuan. Konon, ada kepercayaan diantara komunitas divers agar kita jangan sombong dan bicara mendahului kenyataan. Faktanya, sebelum nightdive aku sesumbar bisa memberi banyak lauk ikan hasil molo (spear) karena saat malam ikannya tidur.Ternyata yang kudapat hanya 1 (BACA : SATU) ekor ikan kakatua, plus satu Titan triggerfish yang hilang di dalam karang setelah aku tembak. Entah kemana ikan-ikan itu bersembunyi saat malam.

Ok, lupakanlah itu. Biarkan aku bercerita tentang nightdive di Harlem berdua dengan Eka. Awal masuk, aku langsung menuju lereng dengan kemiringan 60 derajat dan mencari makro di kedalam 10 - 15 meter. Sekira 20 menit aku hampir tak menemukan apapun, akhirnya aku memutuskan berburu ikan saja di kedalaman 5 meter karena disitulah tempat paling banyak karang untuk bersembunyi ikan yang tidur. Bahkan aku sudah mempersiapkan sarung tangan, siapa tahu bertemu lobster. Nothing at all...

Jadi ya kembali ke laptop saja dan silakan nikmati foto-fotonya

 









That's it. Sampai bertemu di petualangan selanjutnya. My live My adventure...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jalan-jalan Biak (02) - Kota Biak (01), pembuka saja...

Jalan-jalan Jayapura (09) : Pesawat Terbang mejeng di Koya Timur

Jalan-jalan Manokwari (1) : Kesan pertama sangat menggoda