Jalan-jalan Jayapura (03) : Pulau Kecebo - Pulau Liar nan Ganas

Kami berangkat Sabtu dinihari pukul 00.15 dari Jayapura. Sampai di Bonggo jam 05.00. Berhenti di rumah nelayan yang akan mengantar kami ke pulau, kami sempatkan istirahat sebentar. Sekira jam 07.30 kami jalan ke Pulau Kecebo yang persis berada di seberang mainland tempat kami berada.

Pulau Kecebo adalah pulau kecil tak berpenghuni. Tidak ada yang tinggal di pulau ini karena tidak ada air tawarnya. Sedangkan di tiga pulau lain yang terletak lebih jauh lagi malah ada perkampungan disana. Aku hanya ingat nama satu pulau saja dari ketiga pulau tersebut, Pulau Anus, karena memang gampang mengingatnya kan? Pulau Kecebo tidak begitu besar. Kalah luas dengan lapangan sepak bola. Saat surut, kita bisa mengelilingi pulau dengan mudah karena kita bisa melewati pantai berpasir. Tetapi saat puncak pasang, kecuali di sisi depan mainland, semuanya tertutup air dan kita harus melewati hutan rimbun yang pastinya sangat sulit.

Mungkin Anda bertanya mengapa aku memakai judul yang malah membikin wisatawan malas datang? Ya memang aku sengaja membuat judul seperti itu agar mengingatkan teman-teman yang akan berkunjung ke Pulau Kecebo agar melakukan persiapan yang matang dan membawa semua peralatan yang diperlukan. Pertama, sangat jelas : air minum plus air tawar untuk sekedar bilas (jika diperlukan). Kedua, dan ini yang sangat penting, obat atau peralatan anti nyamuk dan serangga. Bukan nyamuk yang ditakuti tetapi agas. Agas ini di Jawa Tengah disebut lemut. Serangga kecil mirip semut yang sangat kecil bersayap dan mengisap darah. Jumlahnya? Amat sangat super banyak sekali banget-banget. Nah lo....

Untungnya, dasar orang jawa; selalu masih melihat sisi positifnya, kalau gelap mereka pun lenyap. Tinggal semut saja yang perlu dipertimbangkan saat mencari tempat untuk tidur. Aku yang tidur memakai hammock jelas sangat terlindung dari nyamuk, semut dan serangan hawa dingin dini hari. Semut, umang dan serangga tanah lainnya sangat banyak di pantai ini karena tumpukan daun yang rontok dari pohon-pohon diatasnya.

Kita lupakan yang liar dan ganas, jadi hanya tinggal yang indah-indah saja yang terdapat di Pulau Kecebo. Saking indahnya, dan seandainya keindahan ini juga didukung dengan alam bawah lautnya yang sayangnya tidak, aku jadi pengin menyewa pulau ini. Berandai-andai gitulah....

Bayangkan, hanya dengan semalam tinggal saja, daun-daun yang menutupi sekitaran tempat kami camping sudah hampir habis kami bakar. Hasilnya serangat semut berkurang karena tempat persembunyiannya lenyap dan agas pun berkurang karena asap dari pembakarannya. 

Pulau Kecebo pun cukup teduh dengan pohon-pohon besar dan daunnya yang rimbun. Hanya saja karena tingkat kelembabannya yang tinggi, hawa panas tetap saja sangat terasa. Malam adalah saat terbaik untuk merasakan enaknya tinggal di pulau ini. Senja yang indah dengan semburat lembayuing merahnya. Agas yang sudah ngumpet entah dimana. Udara sejuk sebelum malah menjadi dingin.
Kami hanya membawa bahan makanan berupa beras dan mie instan. Harapan mendapatkan ikan untuk dimakan ternyata bisa terkabulkan. Bahkan ditambah dengan lobster. Hanya foto lobster bakarnya tidak aku upload, takut yang membaca jadi ngiler... Oh-ya, memancing di pulau, tanpa naik kapal pun dimungkinkan lho, walaupun ikan yang didapat hanya sekedar ukuran tiga jari, tetapi lumayan lah untuk jadi lauk teman nasi.

Jadi? Inilah salah satu petualanganku. Tunggu yang selanjutnya ya.... This is it... My Live My Adventure...





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jalan-jalan Biak (02) - Kota Biak (01), pembuka saja...

Jalan-jalan Jayapura (09) : Pesawat Terbang mejeng di Koya Timur

Jalan-jalan Manokwari (1) : Kesan pertama sangat menggoda