Diving Biak (01) : Supiori yang superior

4 & 5 November 2016

Aku ke Supiori, Biak, karena mengikuti festival budaya dan pariwisata yang diselenggarakan oleh Pemda Kabupaten Supiori yang di dalamnya ada lomba fotografi bawah laut. Yang semula berniat datang sebagai marshal yang berarti masuk dalam tim panitia, di menit terakhir menjadi peserta karena banyak peserta yang tidak mendaftar ulang. 

Entri ini memang diutamakan untuk diving tetapi aku sisipkan juga beberapa hal tentang Supiori, festival dan budayanya karena kalau aku buat dalam entri tersendiri bahannya tidak cukup. Supiori adalah kabupaten baru hasil pemekaran. Kotanya mungkin masih bisa disebut desa kecuali terdapat gedung dan rumah dinas bupati dan DPRD. Dan seperti juga kabupaten-kabupaten baru lainnya yang sudah pernah aku singgahi, Kabupaten Supiori menyimpan sumber daya berupa pesona alam anugerah Tuhan YME yang bisa menjadi sumber pendapatan daerah.

Lomba foto bawah air diikuti oleh 24 peserta termasuk aku. Peserta terbanyak berasal dari Jakarta. Ada juga yang dari Medan, Manado, Biak dan Jayapura. Senangnya mengikuti acara seperti ini adalah karena bertemu teman-teman baru. Hebatnya juga kita selalu jadi kompak.

Hari Pertama

Hari pertama adalah hari pembukaan festival dan hari dimana peserta pun datang. Aku sendiri sudah datang sehari sebelumnya. Beberapa lomba, diantaranya lomba perahu dayung dan perahu hias diadakan pada saat pembukaan ini. Acara seremonial diakhiri dengan acara menyanyi dan menari yang jika saja tidak hujan bisa-bisa sampai malam. Acara ini menjadi semakin meriah karena hampir semua peserta turut larut dalam tarian yang saking panjangnya sampai bingung mengikutinya. Dan di sesi menari hip hop, penduduk lokal yang sebagian besar anak-anak menunjukkan kebolehannya membuat kami yang berasal dari metropolitan terkagum-kagum.

 

 

Hari Kedua

Lomba foto dimulai. Sehari sebelumnya kami sudah dibagi menjadi tiga group. Aku masuk ke group hijau. Group kuda hitam karena peserta langganan juara berada di grup lain. Lomba foto ini diutamakan di sekitaran Pulau Rani.

Dive Pertama : Pinacle

Pinacle adalah spot unggulan Pulau Rani. Didepan pinacle di posisi mainland terdapat goa mulai dari atas sekira 3 meter di bawah permukaan laut dan menurun ke bawah seperti sumur besar dengan pintu pertama di kedalaman 7 meter dan pintu kedua yang juga berupa dasar goa di kedalaman 18 meter. Walaupun dibagi menjadi 3 group akan tetapi karena masuk ke area ini hampir bersamaan, dapat dibayangkan bagaimana riuhnya di bawah. Ada dua primadona angle foto disini. Pertama, lobang goa yang akan menghasilkan siluet foto yang menawan. Kedua, terdapat dua seafan yang berisi pygmea seahorse berjenis denise.

Pinacle ini tidak terlalu besar diameternya tetapi ketinggiannya mantap. Mantap karena aku tidak tahu persisnya. Turun sampai 30 meter masih belum terlihat dasarnya. Tidak terlalu gelap jadi aku perkirakan sekitar 60 sampai 70 meter. Memutari pinacle dengan diameter sekira 20 meter saja hanya butuh beberapa menit saja dengan visibility sangat jelas, biru dengan sedikit sekali backscatter. Sekali menyelam disini dengan bottom time 60 menit terasa sangat kurang. Aku masih belum eksplore ke sekitarnya. Bahkan kalau ada kesempatan aku ingin melihat dasarnya, penasaran pengin tahu ada apa saja di tempat seindah ini.





 

Surface Interval diisi makan siang di Pulau Rani dan disambut oleh Wakil Bupati Supiori, Sekda dan Kadis Kebudayaan & Pariwisata. Diskusi dan obrolan ringan plus senda gurau ala guide Manado membuat waktu bergulir sangat cepat. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore. Kami pun merampungkan pertemuan ini dengan sebelumnya berfoto bersama beliau-beliau ini.


Dive Kedua : Rani 2

Spot Rani 2 tidak jauh dari dermaga Pulau Rani namun keindahannya tak kalah dengan Pinacle. Ternyata di sekeliling Pulau Rani konturnya adalah wall. Padahal antara Pulau Rani dan Pulau Insumbabi hanya dipisah oleh pasir putih sepanjang sekira 500 meter yang pada saat surut bisa diseberangi hanya dengan berjalan kaki. Unik memang karena biasanya pasir panjang seperti ini berkontur slope tetapi disini tetap saja dibatasi oleh wall.

Wall di Pulau Rani, terutama di Rani 2 ini,  dipadati oleh rongga-rongga besar-kecil dan banyak yang masuk sampai sinar senter tak mampu menjangkau. Hanya saja tidak ada yang bisa dimasuki oleh diver. Mungkin ini wall yang paling banyak ceruk dan rongga yang pernah aku temui. Sampai kedalaman wisata pun terumbu karang masih hidup dengan subur padahal aku dengar ada juga yang melempar bom di Supiori walaupun dengan skala kecil, jauh lebih kecil daripada di Biak.

Ikan-ikan besar pun bersliweran. Giant Trevally, Tuna, Tenggiri, dan lain-lain. Hanya saja aku belum menemukan schoolingnya.







 
 Alhasil sampai cottage sudah malam..... Padahal kami harus bangun pagi keesokan harinya...


Hari Ketiga

Dive Ketiga : Monster Cave

Beruntunglah group hijau memiliki Mas Yudith. Beliau adalah penguasa bawah laut Biak dan sekitarnya. Dengan memiliki Biak Dive Resort, mas Yudith sering eksplore site-site baru yang tidak diketahui diver lain. Berkat beliau lah, group hijau menjadi group juara. Hal ini ditunjukkan dengan sarannya untuk menyelam di Monster Cave yang memang memiliki kontur juara. Hari kedua ini kami dibebaskan untuk memilih sendiri spot yang kami sukai. Dan dua kali dive, dua-duanya adalah spot yang tidak diselami group lain.
Monster cave sebenarnya adalah ceruk besar yang tembus ke atas dengan dua lobang besar. Yang kecil saja diver masih gampang keluar masuk. Sedangkan rongga di dalam ceruknya bisa untuk 5 diver dengan leluasa. Seafan dan soft coral sangat banyak dan berwarna-warni, sangat bagus untuk latar depan obyek foto dengan siluet diver sebagai obyek utama, di belakangnya 2 lobang yang terpancar sinar matahari. Mantap.....

Aku yang sadar diri tidak membaya (tepatnya tidak punya he he...) gadget kamera yahut mengalah menyingkir mengeksplore daerah sekitarnya. Ternyata aku menemukan lagi ceruk besar tidak jauh dari monster cave. Mirip yang di pinacle hanya tanpa lubang atas dan sedikit soft coral karena sinar matahari tak mampu menembus ke dalam. Schooling ikan kakap tanpa takut berenang di depanku, wira-wiri pengin jadi model. 








Dive Keempat: Pasir Panjang

Dive kedua di hari kedua lomba adalah dive terakhir. Tim kuning memilih diving makro di depan Pulau Insumbabi yang berkontur slope. Tim merah kembali ke Rani 2. Sedangkan kami, atas usul mas Yudith, menyelam di wall pasir panjang. Aku sendiri yang sudah tak bernafsu berburu foto wide, lebih memilih mencari obyek makro di tempat ini dan juga menjelajahi wall ini sejauh mungkin. Yang pertama ke sisi kiri wall ke arah Pulau Rani. Kemudian ke sisi kanan. Saat ke sisi kanan, aku terpaksa berbalik karena kulihat dua trigger fish jenis Titan yang mencurigakan. Naga-naganya mereka sedang menjaga telurnya. Serem ah... balik badan & kabur....


Selesai dive terakhir dan mengakhiri lomba ini, kami diundang untuk menyaksikan upacara adat tangkap ikan di Pulau Insumbabi. Hanya saja cukup miris karena sebagian besar ikan yang ditangkap adalah Bat Fish. Ikan ini pada musim-musim tertentu, saat ini pastinya, memang banyak berkumpul di bawah dermaga. 



Hari Ketiga

Hari ketiga adalah hari terakhir kami di Supiori. Besok (Senin, 7 November 2016) pagi-pagi kami kembali ke kota Biak. Sebagian besar peserta langsung pulang, ada beberapa termasuk aku yang tetap tinggal di Biak. Hari terakhir yang sebenarnya aku masih pengin menyelam di goa di depan cottage ternyata batal karena tidak ada nelayan yang bisa mengantar. Hari Minggu sampai jam 12 siang adalah hari kebaktian dan pergi ke Gereja.

Akhirnya sampai menjelang siang aku diminta untuk menjadi fotografer dadakan oleh Desni, salah satu peserta, menggunakan kamera poketku. Untungnya ada teman peserta lain yang membawa kamera SLR canggih plus lensa telenya yang juga memotret model dadakan ini. Setelah itu sekira jam 11 kami, sebagian peserta ditemani dua panitia, pergi ke air terjun. Air terjun di awal perhentian ini lebih mirip sungai deras yang jatuh cukup terjal. Untuk lebih ke definisi air terjun, kami harus sedikit berjuang mendaki hingga ke tempat yang memang lebih pantas disebut air terjun. harus diakui, air terjun ini memang bagus. Apalagi letaknya benar-benar di pinggir jalan. Potensi yang perlu dikembangkan.



Sore hingga malam hari, selain upacara penutupan juga pengumuman pemenang dan pemberian hadiah. Seperti yang aku ungkapkan di awal, ternyata group hijau mendominasi di kedua kelas yang dilombakan yaitu compact dan open (SLR) dengan menjadi juara 1 di kedua kelas ditambah juara 3 di kelas compact. Hanya saja aku malah tidak ada yang masuk sampai seleksi 10 besar. Sedih juga. Jadi membuat aku bertekat untuk menambah gadget biar tidak terlalu memalukan. he he.... Ngarep....

So? Selesai lah sudah festival bertabur bintang diver norak se tanah air. Semoga kita bisa bertemu lagi di lain waktu dan lain tempat. Malah, kami masih meneruskan persaingan group ini di lomba yang diselenggarakan Minanga Diver berikutnya di Bolsel bulan April tahun depan. See you there... My Live My Adventure...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jalan-jalan Biak (02) - Kota Biak (01), pembuka saja...

Jalan-jalan Jayapura (09) : Pesawat Terbang mejeng di Koya Timur

Jalan-jalan Manokwari (1) : Kesan pertama sangat menggoda