Memancing Jayapura (05) : PLTU Holtekamp; seperti pasar malam

Kalau tidak melihat sendiri, susah untuk percaya. Dermaga kecil, yang cukup besar sebenarnya, PLTU Holtekamp, di malam libur selalu ramai pemancing. Hampir tidak ada tempat yang cukup leluasa di area seluas sekira separoh lapangan bola. Secara gampang dapat diambil kesimpulan jika spot memancing ini menjadi tempat favorit bagi para pemancing untuk mendapatkan banyak ikan. Di Dermaga PLTU Holtekamp ini didominasi ikan layur dan ikan tapi-tapi (batfish).

Jumat, 24 Februari 2017



Kami, aku, Gunawan, Herpa, Evo dan teman satu lagi, dengan 2 mobil, berangkat dari kantor sudah jam 7 malam. Biar hemat waktu, kami membeli nasi campur bungkus di depan kantor untuk dimakan di lokasi pemancingan. Aku sendiri memang tidak berniat memancing dari awal karena tidak suka memancing dua jenis ikan tersebut. Aku membawa peralatan selam untuk antisipasi seandainya bisa menyelam di spot itu.

Sesampainya disana, setelah ijin dengan petugas security penjaga lokasi PLTU, kami langsung menuju dermaga. Ternyata benar kata Gunawan, area dermaga sudah penuh dengan pemancing, padahal ini hari Jumat, bagaimana kalau hari Sabtu malam? Jadi aku bersepakat dengan Gunawan, lain waktu akan datang di hari kerja saja. Malam ini kami mendapat di tempat yang tidak terlalu strategis, agak sulit untuk melempar jauh mata pancing. Gunawan akhirnya memutuskan untuk memancing dasar.

 












Setelah melakukan orientasi wilayah secara menyeluruh dengan menyisir setiap pinggiran dermaga, aku memutuskan untuk tidak diving. Alasannya, satu, ombak cukup besar dan air keruh. Aku perkirakan visibility sekira 1-2 meter saja. Ombak pun sekira setinggi satu meter dengan arus yang sebenarnya masih cukup moderat. Dengan ombak sebesar itu, aku pasti terombang-ambing sehingga cukup bahaya tanpa orientasi menyelam di siang hari, aku bisa menabrak tiang-tiang yang tentu saja ada tajam-tajamnya, yang bisa berasal dari kerang-kerang yang tumbuh. Dua, aku tidak tahu dimana aku bisa naik ke darat dengan aman. Untuk ke pantai, butuh sekira dua ratus meter, dengan ombak besar. Cukup riskan karena tidak tahu apakah pantainya berpasir atau karang tajam. Sama sekali tidak ada tempat naik di dermaga. Ketiga, terlalu banyak pemancing. Aku memang bisa masuk ke bawah dermaga tetapi tetap tidak menjamin tidak ada mata kail yang menantiku.



Setelah memutuskan tidak menyelam dan memang juga tidak memancing, aku tidur di mobil. Lumayan lah. Bangun Subuh, sambil menunggu kopi aku kembali berjalan-jalan. Kali ini dermaga sudah cukup leluasa karena sebagian besar pemancing sudah pulang. Yang sedikitpun aku lihat sudah di posisi berkemas dan bersiap pulang. Aku sempat melihat hasil mancing mereka yang memang berupa ikan layur. Jumlahnya aku perkirakan dua puluhan ikan. Lumayan untuk hasil mancing satu orang semalaman.

Ternyata para pemancing ini, selain kami, sudah hapal dengan situasi di dermaga karena sekira jam enam lebih datang penjaga yang mengatakan bahwa kami harus segera meninggalkan lokasi karena sebentar lagi ada pergantian petugas jaga dan karyawan pun sudah akan berdatangan. Mungkin mereka tidak enak dengan pimpinannya karena sebenarnya hal ini menyalahi prosedur. Kami bergegas berkemas dan meninggalkan tempat ini.

Semoga lain kali aku sempat menyelam di tempat ini karena aku optimis dengan kehidupan makro yang aku perkirakan cukup banyak di tempat ini. Semoga.

So? This is it. My Live My Adventure.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jalan-jalan Biak (02) - Kota Biak (01), pembuka saja...

Jalan-jalan Jayapura (09) : Pesawat Terbang mejeng di Koya Timur

Jalan-jalan Manokwari (1) : Kesan pertama sangat menggoda