Diving Jayapura (07) : Menjelang sore di Tablanusu & malam di Dermaga Amerika
Setelah cukup lama tidak muncul entri baru karena kesibukan kantor yang menyita waktuku, akhirnya aku diberi kesempatan diving lagi dan tentu saja 'bercerita' di blog ini.
Kali ini, Sabtu tanggal 1 Oktober 2016, aku menyelam bersama Eka dan Fauziah. Bli Agus juga ikut tetapi hanya untuk memancing saja. Kami berangkat sudah menjelang siang. Makan siang di Kertosari (aku ceritakan di entri lain) dan tiba di Tablanusu sudah lewat jam 2 siang. Lokasi pantai berada di resor yang cukup representatif dan banyak gazebo di pinggir pantainya. Areanya bersih dengan tumpukan batu kerikil yang bila tidak hati-hati akan menjebak mobil seperti yang dialami pengunjung lain dengan mobil toyota avanza-nya. Setelah observasi sebentar dan melihat kenyataan bahwa untuk mencapai tubir kelihatannya cukup jauh, kami memutuskan menyewa perahu. Kami bisa menyelam saat waktu sudah menunjukkan pukul 15.45, karena perahunya masih harus mengantar pengunjung lain untuk mengelilingi teluk.
Dive pertama di Tablanusu
Kami menyelam di sisi kiri teluk, persis sejajar dengan pulau kecil yang berada di tengah-tengah teluk. Oh-ya untuk sampai ke pulau kecil dari resor (saat aku disitu ya) tak perlu berenang karena dasar lautnya hanya sepinggang dan jaraknya sekitar 150 meter dari pantai. Saat masuk pertama kali aku cukup senang karena walaupun sinar matahari sudah tidak ada lagi tetapi masih tampak jelas terumbu karangnya. Visibility sekitar 10 meter dengan air laut yang cukup keruh karena berada di dalam teluk. Dari semua spot diving yang sudah aku selami di Depapre, menurutku spot inilah yang paling bagus. Terumbu karang masih hidup subur sampai kedalaman 10 meter lebih. Berbagai jenis ikan masih tampak bahkan dengan ukuran yang cukup besar. Saat aku menuruni lereng, melintas di depanku ikan GT seberat sekira 5 kilogram. Schooling ikan pun cukup bamyak. Ikan ekor kuning lah yang mendominasi, selalu bersliweran di sekitarku.
Obyek foto cukup banyak. Hanya saja untuk wide harus dengan strobe karena partikel air laut yang sangat banyak membuat back scatter di hasil foto kalau menggunakan flash internal. Obyek makro juga banyak asalkan kita membuka mata lebar-lebar. Yang jelas kalau hanya sekali menyelam dan hanya satu jam menyelam sangat kurang untuk meng-eksplore spot ini.
Fauziah bahkan melihat 3 ekor ikan Napoleon saat mau menyelesaikan diving disini.
Dive kedua di Dermaga Amerika
Setelah menyelesaikan dive pertama di Tablanusu, kami langsung berkemas dan berpindah tempat, ke tempat yang biasa kami memarkir mobil saat mau ke Harlem atau ke rumpon yaitu di Dermaga Kontainer (Dermaga Jokowi). Kata Pak Thomas, di sisi kanan ada bekas dermaga yang saat ini hanya tampak tonggak-tonggak yang mencuat keluar dari dalam air persis di bawah bukit. Dinamakan dermaga Amerika karena konon dahulu terdapat villa atau tempat singgah yang dimiliki oleh WNA berkewarganegaraan Amerika Serikat.
Sebenarnya aku pengin masuk langsung dari ujung sisi kanan dermaga. Hanya saja karena sudah gelap (gulita), agak susah juga jalan kaki sambil menggendong tabung plus dengan kaki telanjang karena memakai fullfoot fins. Akhirnya kami masuk ke air dari dermaga kayu tempat sandar perahu. Untuk sampai ke sisi kanan masih harus menyelam sejauh 100 meter lagi.
Saat mau masuk, aku baru sadar kalau air cukup keruh karena hujan yang mengguyur sepanjang pagi sampai siang. Keruh bukan karena ada muara sungai tetapi karena lumpur dari dermaga yang mengalir ke laut. Dengan beberapa kesepakatan, akhirnya kami tetap masuk dan memang sangat keruh. Visibility 1 meter saja dengan menyelam sangat bergantung dengan kompas dan menjaga kedalaman di 5 meter agar tidak kesasar untuk sampai tempat tujuan. Setelah sampai di sisi kanan, yang aku perkirakan dari pergerakan kompas dan dengan memastikannya aku keluar sebentar, barulah aku berani turun lebih dalam. Hanya saja karena memang di bawah 10 meter sudah rata, kami menyelam hanya di sekitar 8 meter saja. Di sisi ini karena terumbu karang sedalam 2 meter masih menjorok cukup jauh dari tebing, maka dibanding di sisi dermaga air masih lebih baik sehingga sebagian besar waktu dihabiskan disini.
Karena aku belum pernah menyelam disini dan penyelaman pertama malah saat malam (idealnya tidak boleh ya... ) maka aku belum tahu situasinya. Yang sebenarnya aku cari adalah tiang-tiang pancang bekas dermaga seperti yang aku lihat dari jauh. Kenyataannya tiang pancang dari kayu yang aku lihat berada di tempat yang dangkal. Untungnya pada saat balik ketika aku bergerak ke atas, di kedalaman 3 meter aku melihat tiang beton melintang yang sudah dipenuhi terumbu karang.
Dengan begitu banyak ikan yang tidur, lobster (dengan ukuran yang cukup besar) dan obyek makro yang aku temui disini, tentu saja aku belum puas kalau hanya menyelam sekali saja. Apalagi spot ini gampang dicapai dan tidak perlu sewa perahu.
Sesampai di Jayapura sudah jam 22.30 malam. Warung makan yang rekomen sudah tutup sehingga kami makan saja di warung Barokah (yang biasa juga kami sambangi) di depan Kanwil Pajak.
Jadi inilah cerita menyelamku kali ini. Semoga dalam waktu dekat bisa entri lagi disini.
This is it.... My Live My Adventure...
Komentar
Posting Komentar