Diving Jayapura (09) : Bonggo... Oh Bonggo

Kami berangkat hari Jumat malam atau tepatnya Sabtu dini hari pukul 00.15 tanggal 15 Oktober 2016. Menggunakan 2 mobil, satu khusus untuk yang mancing yaitu Gunawan, Herpa dan Kuncoro dan satu lagi untuk yang diving yaitu aku dan Eka. Sampai di Bonggo, di tepi pantai rumah nelayan, sekitar jam 05.00. Cerita jalan-jalan wisata di Pulau Kecebo dan makan di Bonggo aku sajikan di entri lain. Untuk menyelam langsung aku ceritakan bagian selamnya ya....

Diving Pertama - Reef Utara Pulau Kecebo

Ada 2 reef di dekat Pulau Kecebo. Kali ini aku dan Eka menyelam di reef yang kecil persis di utara Pulau Kecebo. Sebenarnya aku pengin menyelam di sisi luar reef dengan harapan terumbu karangnya lebih bagus. Apa daya begitu masuk ke air laut, aku langsung tahu arus cukup kencang menyeret kami ke timur atau ke mainland. Segera aku informasikan arah menyelamku yang baru ke nelayan agar mereka tidak terlalu jauh dari kami. Kami masuk awal di kedalaman 5-6 meter dan langsung menyeret kami ke timur. Tak berapa lama, aku melihat tubir dan bergegas aku turun. Ternyata dasar terdalamnya hanya 12 meter. Setelah menyusuri dinding terumbu karang, aku sadar kalau aku berada di sebuah cerukan semacam sumur besar. Hanya saja karena berbentuk sumur dan terlindung dari arus, cukup banyak ikan besar yang berlindung disini. Kakap, kakatua, sweetlips, tuna, schooling ekor kuning dan masih banyak lagi.

Aku membawa speargun untuk menembak ikan buat makan siang. Sweetlips lah yang menjadi korbannya karena tidak terlalu jauh melintas di depanku. Beratnya sekira 4 kilogram cukup untuk makan kami berdelapan karena ada tambahan nelayan 3 orang. Di akhir diving, aku masih sempat menambah lagi dengan menembak seekor lobster seberat sekira 500 gram.

Setelah puas berputar di sumur, aku mengajak Eka keluar dan mencari tubir sebenarnya. Ternyata tidak jauh dari sumur kami sudah mendapatkannya. Hanya saja visibility sangat parah. Semakin dalam semakin parah. Di kedalaman 30 meter, jarak pandang hanya 1 meter saja sehingga aku memutuskan untuk ke atas lagi.

Kondisi terumbu karang hanya indah sampai kedalaman 10 meter saja. Aku sudah merasa akan mendapatkan kondisi ini, itulah sebabnya aku tidak membawa kamera. Hanya action cam saja yang menempel di atas maskerku. 



Diving Kedua - Muka Pulau Kecebo

Tepatnya di depan pantai Pulau Kecebo yang berhadapan dengan mainland atau di sisi barat daya. Sehabis makan siang ikan sweetlips dan lobster bakar, kami menyelam lagi. Kali ini beach entry saja. Dengan rasa pesimis yang sama, padahal sudah menunggu saat pasang naik, aku turun membawa speargun dan action cam di masker. Ternyata benar dugaanku. Visibility di spot ini malah lebih parah dari sebelumnya. Masuk sampai 8 meter, jarak pandang tinggal 1 meter saja dan dasar sudah tinggal pasir rata saat aku mencoba menyusuri sampai kedalaman 12 meter. Akhirnya aku balik dan bermain di kedalaman 3 sampai 5 meter saja. Jarak pandang tidak lebih 3 meter.

Terumbu karang sampai dengan 8 meter sebenarnya masih cukup bagus di sisi kanan pulau (arah barat). Sedangkan di sisi kiri lebih banyak pasir rata saja dengan beberapa terumbu karang tersebar berjauhan. Kata nelayan, air menjadi jernih pada saat angin timur. Berarti masih menunggu bulan April depan. Karena jarak pandang sangat terbatas, akhirnya aku dan Eka terpisah saat kami berkonsentrasi ke hal yang berbeda. Ternyata Eka sedang sibuk dengan ikan hasil tembakannya yang terlepas lagi.

Setelah puas muter-muter sekira satu jam, sambil mencari Eka, akhirnya aku menyudahi penyelaman ini. Bertemu Eka di pantai dengan 1 lobster hasil 'berburu'nya.


Diving Ketiga - Night Dive di Muka Pulau Kecebo

Diving kali ini misinya sama seperti diving pertama. Mencari lauk untuk makan malam. Eka membawa speargun 60 cm dan aku membawa pole spear 50 cm. Kamera sama sekali tidak bawa. Ternyata kami banyak menemui lobster. Hasil akhir beberapa ikan (kakatua, kakap, baronang) seukuran telapak tangan dan cukup banyak lobster.

Jadilah siang dan malam kami pesta lobster.... Tap percayalah, kami hanya mengambil secukupnya. Bahkan masih kurang untuk ukuran perut kami karena masih harus ditambah dengan mie instan. He he...

This is it. My Live My Adventure....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jalan-jalan Manokwari (1) : Kesan pertama sangat menggoda

Memancing Jayapura (02) : Harlem yang tidak kelam

Memancing Jayapura (05) : PLTU Holtekamp; seperti pasar malam