Diving Jayapura : Harlem - Tikungan Maut

Sabtu, 28 Januari 2017

Setelah dengan tega teman-teman meninggalkanku sendirian di Pantai Harlem, aku segera bergabung dengan Herman dan istrinya. Sambil menunggu gelap malam, kami minum jahe hangat dan ngobrol ngalor ngidul. Mendekati jam 7 malam, kami bersiap-siap untuk melakukan penyelaman malam. Oh-ya sebelumnya aku sudah berunding dengan Pak Thomas tentang kemungkinan spot yang bagus aku selami malam ini.

Dive 1 : Night Dive di Harlem

Jam 7 malam, aku dan Herman mulai melakukan penyelaman malam. Diawal penyelaman, kami mengambil arah lurus saja dari pantai dan begitu sampai tubir, kami langsung masuk sampai kedalaman 10 meter dan menyusuri lereng dasar laut di sisi bahu kiri, mengikuti saran Pak Thomas, bahwa ikan dan terumbu karang cukup bagus berada di muka kampung Tablasupa. Di awal penyelaman, aku hanya menemui karang hancur rata dengan sesekali terumbu karang kecil yang didiami beberapa ikan kecil pula.

Sebenarnya di karang mati begini aku sudah agak sangsi menemukan sesuatu yang menarik tetapi ternyata setelah 20 menit aku menemukan Soft Nudie Branch sebesar telapak tanganku. Di Manado aku sudah sering berjumpa dengan nudie seperti ini, tetap saja dengan melihatnya di Papua aku merasakan kegembiraan tersendiri. Tak lama kemudian aku menemukan lagi satu nudie hijau cantik. Semakin betah saja aku tinggal di Papua kalau terus seperti ini.

Sambil menyelam aku membawa speargun untuk mencari bakal makan malam walaupun juga tidak terlalu memaksa. Buktinya, aku menemukan 2 ikan kakatua cukup besar, mungkin sekira setengah kilo yang hanya aku abadikan saja. Hanya saja di kedalaman 10 meter dengan jarak 5 meter di depanku, aku melihat ikan kerapu besar, aku tertarik untuk menembaknya. Keraguan diantara iya dan tidak membuat kerapu yang aku sorot terbangun dan segera melarikan diri turun ke bawah. Secara insting aku kejar ke bawah menyusuri semacam lembah diantara dua bukit terumbu karang. Sampai di kedalaman 20 meter dengan melihat terumbu karang yang masih hidup subur aku segera tersadar. Aku lihat kompasku dan benar adanya, aku sudah mulai berbelok ke arah kampung. Inilah spot yang dimaksud Pak Thomas.

Aku tidak menemukan ikan kerapu yang kulihat tadi. Hanya saja tak lama mengeksplorasi tempat ini, aku melihat ikan kerapu lain. Dengan terpaksa ikan ini menjadi calon santapan makan malamku. Sambil menenteng ikan kerapu, aku meneruskan perjalanan menyelamku. Begitu terumbu karang di kedalaman berakhir diganti dengan hamparan pasir hasil pecahan karang, aku memutuskan untuk balik ke pantai. Di perjalanan balik, hanya di kedalaman 2 - 3 meter saja aku juga sempat mengambil video ikan pari yang dengan anggunnya berenang di sela-sela karang.



Begitu keluar dari air laut, sebelum membersihkan diri, aku bersihkan dulu ikan kerapunya. Sehabis mandi aku bakar ikan kerapu dengan torch yang selalu aku bawa. Aku baru sadar kalau aku tidak punya bumbu sama sekali. Akhirnya aku olesin saja dengan sambal terasi kemasan yang juga selalu aku bawa.  Saat itu aku belum sadar kalau oleh Mbak Atik, aku dibekali sambal rica sisa tadi siang. Kalau ingat, pasti aku olesin dengan rica ini karena minyaknya sangat aku butuhkan. Namun begitu, karena memang masih segar, tetap saja kerapu ini sangat lezat. Saking besarnya, aku tak mampu menghabiskan sendiri walaupun sudah tanpa nasi.

Dive 2 : Pengulangan spot yang sama di siang hari

Melewatkan malam dengan banyak tidur, menebus Jumat malam yang hanya tidur tiga jam saja, aku terbangun pagi-pagi buta saat Herman mau spearfishing. Tak lama kemudian Chibot juga datang. Kami ngobrol sebentar. Kemudian aku melanjutkan tidur. Bangun lagi jam setengah sembilan, ngopi dan sarapan yang dibuat oleh Herman dan istrinya. Berniat tidak makan siang, aku sarapan cukup banyak. Saking kekenyangannya sampai kegiatan menyelam saja aku tunda.





Selewat jam 10, saat makanan sudah turun semua di perut dan aku sudah kembali nyaman, aku bersiap untuk melakukan penyelaman lagi. Aku berniat untuk mengeksplorasi spot yang semalam aku lalui. Aku ingin lihat bagaimana spot itu di siang hari, apakah memang indah seperti yang aku duga semalam. Agar tidak menghabiskan waktu aku langsung menuju spot itu, yaitu agak ke kiri sedikit atau tepatnya arah barat daya. Begitu tiba di tubir dan sedikit menyusuri lereng, aku sampai di awal tikungan yang didiami banyak terumbu karang. Ingin tahu sampai seberapa dalam terumbu karang ini hidup, aku turun ke bawah. Ternyata terumbu karang terakhir yang bisa aku temui ada di kedalaman 42 meter. Mantap.

Disini aku banyak menemukan ikan kerapu sehingga aku mengambil kesimpulan bahwa ini sarangnya kerapu. Sebenarnya aku masih belum puas mengeksplore spot ini tetapi setelah tiga kali mengakali deco, aku harus meninggalkan tempat ini kalau tidak ingin menyakiti diri sendiri. Ternyata dalam perjalanan ke pantai, aku masih menemukan rombongan ikan kakatua. Sayangnya tidak sempat aku abadikan. Padahal seingatku, baru sekali ini aku melihat schoolling ikan kakatua, sebab ikan ini bukan jenis ikan yang menggerombol.






































































































Setelah istirahat sejenak, aku kembali turun mencoba Spare Air yaitu suatu alat bantu pernapasan cadangan yang berupa tabung kecil yang langsung ditutup dengan regulator. Aku mempunyai alat ini dari tujuh tahun yang lalu tetapi sudah ada empat tahun tidak pernah aku pakai lagi. Walaupun sudah aku bersihkan tetapi memang sudah terasa sangat berat. Harus disedot kalau mau bernapas. Cukup bikin stress tetapi masih bisa dipakai lah.... Sambil mencoba aku berkeliling di kedalaman dua meter dan bertemu dengan dua ikan kuweh loreng yang berputar-putar saja di sekitarku. Coba aku bawa speargun, bisa jadi makan siangku ikan ini.



Aku membersihkan badan sekaligus peralatan selamku di kolam yang berada di dalam Pantai Harlem di area Mama Margaretha dimana aku bermalam. Sambil bersih-bersih, iseng aku mengambil video dasar kolam yang cukup jernih. Cukup menyenangkan juga. Lain kali akan ku-eksplore denagn lebih serius. Tadi malam pun aku melihat banyak udang yang pasti sangat nikmat untuk dijadikan lauk makan. Ha ha....




Selesai mengepak barang-barangku dan membantu Herman membongkar tenda, aku bergabung dengan rombongan Pak Thomas balik ke Depapre. Pulang ke Jayapura menumpang mobil Herman. Sangat memuaskan perjalananku kali ini. Emang kapan tidak puasnya ya? Ha ha ha....








So? This is it. My Live My Adventure....

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jalan-jalan Biak (02) - Kota Biak (01), pembuka saja...

Jalan-jalan Jayapura (09) : Pesawat Terbang mejeng di Koya Timur

Jalan-jalan Manokwari (1) : Kesan pertama sangat menggoda