Jalan-jalan Jayapura (06) : Harlem - Farewell Party

I write this entry; although out of topic from this blog; to admire my firiends, Mr. Asep (Kang Awe) & Mr. Argo. The memories of one day trip hopely can keep us as a good friend forever....

Sabtu, 28 Januari 2017
Jalan-jalan terakhir sebagai pegawai pajak, khususnya Temporary Group Jalan2 di Papua dengan Kang Awe (plus Mas Argo) diselenggarakan di Pantai Harlem. Berkumpul di kantor jam 6.30, aku harus jalan duluan karena mengantar Babe Gun ke bandara, yang mobilnya aku pinjam. Malas menunggu di Sentani, kami (aku, Pak Fauzan, Pak Didik, & Pekik) memutuskan jalan terlebih dahulu. Sesampai di Depapre kami menunggu sambil ngopi, ngeteh, dll di warung padang.

Kemudian setelah diperkirakan tidak lama lagi, kami menuju ke Dermaga Besar. Benar saja, tak lama kemudian satu-satu mobil yang membawa rombongan berdatangan. Kapal pengantar pun juga datang sehingga kami bergegas mengangkat seluruh barang-barang yang diperlukan ke perahu dan berangkat ke Pantai Harlem. Di pantai, setelah Herpa membooking tempat, acara bebas pun dimulai sampai jam makan siang. Herpa cs segera membuat api untuk membakar ikan, udang dan cumi. Yang lain beraktivitas macam-macam. Ada yang duduk-duduk ngobrol, tiduran, main pasir (versi masa kecil kurang bahagia), main air laut, main gitar, facial dan pacaran (siapa hayo...). Kang Awe, Bu Asep, Mas Argo dan Bu Argo ditemani Eka ber-snorkling ria.



 









Lunch time! Acara yang dinanti-nantikan, tanpa ada komando, begitu udang dihidang langsung amblas. Untungnya kali ini Herpa belanja udang, cumi dan ikan melimpah ruah, paling hanya masalah menunggu giliran saja. Bahkan ikan masih sisa banyak, aku saja sudah kekenyangan diisi oleh makanan berkolesterol tinggi itu. Oh-ya kerang pesananku pun amblas hanya disisakan kuah santan saja. Pokoknya sedap bin nikmat. Semakin sedap buatku karena kali ini banyak yang bening-bening indah dipandang mata penambah nikmat makan (sayang Ria ber-Gong Xi Fat Cai) he he....





Sehabis makan diisi acara yang oleh Rini diistilahkan 'sepatah dua patah kata' dari yang dituakan dan yang pergi. Kami membuat lingkaran dan acara dipandu oleh Eka, dengan memberikan kesempatan pertama kepada Pak Sardana, satu-satunya pejabat eselon tiga yang ikut, untuk memberikan kata sambutan. Kemudian kata perpisahan dari Kang Awe dan Mas Argo. Tentu saja dengan disertai canda dan tawa. Sepatah dua patah katanya ini membuat yang perempuan jongkok, mungkin capek karena berkembang menjadi ribuan kata. Acara ditutup dengan pemberian kenang-kenangan buat Kang Awe dari anak buahnya yang diwakili Rini dan Wanda.


 
 
 





 










Acara bebas lagi. Eka memberi briefing singkat tentang dasar-dasar teknik menyelam bagi Kang Awe, Bu Asep, Mas Argo dan Bu Argo yang ingin mencoba discovery. Kejadian di awal terulang lagi, hanya saja sekarang ditambah dengan pencari nikmatnya tidur di siang hari di pinggir pantai ditemani angin sepoi-sepoi. Tentu saja sebagai pemburu penikmat tidur, aku tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Dapat lah beberapa candid camera, pelengkap hiburan pelepas lelah. Namun, honestly, aku curiga jangan-jangan mereka ini hanya pura-pura tidur saja padahal sudah siap pasang muka cantik biar difoto. Biar pembaca saja yang menilai. Just a joke...































Sayang sungguh disayang, terjadi sedikit prahara rumah tangga. Aku yang menjadi pendamping Bu Asep, gagal menciptakan suasana nyaman sehingga Bu Asep malah teringat anak-anak di rumah dan langsung menyerah. Pembaca tidak usah berpikiran macam-macam ya.... Begini ceritanya. Cuaca sebenarnya sangat mendukung, matahari bersinar terik dan angin bertiup kecil saja. Hanya saja, di bulan ini memang sedang musim ombak besar dan berarus, sedangkan kami berada di pantai yang dangkalnya cukup jauh menjorok ke laut. Untuk ke tempat yang cukup indah diperlukan tenaga yang besar pula sehingga kami memutuskan hanya menyelam di dua meter saja.





Walaupun begitu, dengan ombak yang cukup besar diperlukan ketabahan luar biasa bagi yang ingin discovery terutama yang belum pernah sama sekali. Perjalanan dan persiapan yang cukup lama ditambah terombang-ambing dengan sesekali air laut menerpa kepala dan tak jarang masuk ke mulut membuat kita jadi turun mentalnya. Bahkan aku, dengan pengalaman ribuan jam penyelaman, masih belum terbebas dari hal-hal semacam itu. Jadi aku sangat bisa memakluminya. Intinya, Bu Asep gagal melakukan discovery. Kegagalan ini (setelah aku renungkan) terutama karena jaket selam (BCD) yang terlalu besar. Seharusnya Bu Asep memakai ukuran XXS sedangkan yang dipakai berukuran S. Dengan kondisi berombak, BCD yang melekat pas di badan akan membuat badan lebih stabil, mirip-mirip lah dengan pelampung. Yang kedua karena terlalu lama di persiapan, dimana ternyata Bu Asep belum tahu tentang kode tangan (hand sign) dalam penyelaman dan aku harus mengajarkannya sambil terombang-ambing.

Kejadian seperti ini tidak berulang di Bu Argo, karena selain aku sudah mengajarkan kode tangan di pantai dan badan Bu Argo cukup pas dengan ukuran BCD, juga Bu Asep sudah mewanti-wanti yang menjadi penyebab gagalnya menurut versi beliau yang memang ada benarnya juga. Hasilnya pun tidak mengecewakan, malah lebih dari kuperkirakan karena Bu Argo memilih tetap di dalam air saat kuajak ke permukaan dan tetap tenang saat aku harus membetulkan fin-ku yang terlepas strap-nya. Sayang arus tidak mendukung sehingga aku hanya mengajak Bu Argo berputar-putar disitu saja yang sebenarnya pemandangannya aku nilai masih sangat tidak layak. Akhirnya Bu Argo baru membuka regulatornya setelah di pantai. Hebat. Maaf buat Bu Asep yang dengan kegagalan ini berarti tidak ada foto yang bisa dipamerkan.

Selesai discovery kami harus bergegas berkemas-kemas karena, menurut perjanjian, kami akan dijemput sebentar lagi. Aku pun membereskan semua peralatan selam dan peralatan selamku serta barang-barang pribadiku kupisahkan karena aku berencana meneruskan perjalanan ini dengan menginap di Pantai Harlem. Kebetulan ada teman diver (Herman dan istri) yang mengajakku bergabung dan tentu saja kesempatan ini tidak kusia-siakan. Tapi yang ini kutulis di entri lain.

Akhirnya menjelang jam lima, aku melepas teman-temanku pulang kembali ke Jayapura. Sedih juga. Sedih karena koq ya tega-teganya mereka meninggalkanku sendiri disini. Apapun itu, selamat jalan Kang Awe, Mas Argo dan para istri, semoga acara ini membawa kesan indah di hati Anda. Sampai juga lagi di waktu dan tempat yang berbeda. Terima kasih...






Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jalan-jalan Biak (02) - Kota Biak (01), pembuka saja...

Jalan-jalan Jayapura (09) : Pesawat Terbang mejeng di Koya Timur

Jalan-jalan Manokwari (1) : Kesan pertama sangat menggoda