Diving Biak (02) : Biak, the next top destination

Senin, 6 November 2016
Aku masih menginap semalam di Biak setelah mengikuti lomba foto bawah air di Supiori. Sedangkan Ahmad hari Rabu dan Meigi plus Rahman hari Kamis baru balik. Jadi aku masih punya waktu diving di Biak. Dengan memakai no fly time selama 12 jam berarti aku bisa menyelam 3 kali hari ini. Sadis memang tapi tidak perlu diperdebatkan. Toh ini risiko yang aku ambil dengan sadar dan melepaskan tanggungjawab diver lain dalam hal ini.

Dive Pertama : Catalina

Kami; aku, Meigi, Rahman, dan Ahmad; dengan memakai jasa Julius, yang sudah puluhan tahun menyelam disini, berangkat sekira jam 11 siang dari pantai dekat hotel tempat kami menginap. Hanya perlu jalan kaki tak lebih dari 50 meter. Tentu saja penyelaman pertama adalah primadona Biak dari jaman dahulu. Spot Catalina Plane Wreck dari perang dunia kedua. Hanya perlu sebentar saja naik speed, sekira 10 menit dari pantai. Spot ini pun tak jauh dari pantai dan kapal buang jangkar persis di tempat dasar menjadi drop ke bawah dari kedalaman slope 3 meter sepanjang 200 meter dari pantai.

Tidak ada kata yang benar-benar bisa menggambarkan apa yang kurasakan saat menyelam di spot ini. Sempurna ! Benar-benar sempurna ! Kami menyelam di saat dan di tempat yang tepat. Kata Julius, visibility seperti ini adalah yang paling jernih yang pernah dia selami. Dan ini kualami di momen pertama aku menyelam disini. How lucky we are!!! Dari depan pesawat, ujung ekor pesawat masih terlihat jelas. Dari ujung sayap, ujung sayap satunya, ekor dan kepala pesawat juga terlihat jelas.

Saking larut dalam kegembiraan melihat bangkai kapal Catalina yang terlihat begitu megah, aku sampai tak tertarik dengan kehidupan makro di sekitarnya. Konsentrasiku, dan teman-teman juga, hanya untuk eksplore pesawat ini. Saat pertama menyelam, aku mendahului teman-teman dan terutama Julius mendekati kapal dan masuk ke dalam badan pesawat. Aku tahu kalau hal ini dilarang mengingat besi badan pesawat sudah menjadi sangat rapuh setelah sekian lama terendam di air laut. Hanya saja aku tidak dapat menahan hasratku untuk memasukinya. Padahal bubble yang kuhasilkan bisa saja meruntuhkan besi di atasku dan itu sangat berbahaya. Jangan ditiru ya...















 


Kami hanya 20 menit di wreck ini, karena berada di kedalaman sekira 20 - 25 meter. Kemudian kami naik perlahan. Hanya saja hampir tidak ada yang menarik setelah wreck. Sungguh sangat disayangkan. 







Dive Kedua : Salmon

Kami menuju tanjung (aku lupa namanya) yang berada di sisi kanan mainland. Berjarak sekira 5 km dari spot Catalina. Hanya saja karena sedang berombak, perjalanan yang seharusnya hanya 10 menit harus ditempuh 40 menit. Kami makan siang di pantai indah yang sayangnya tidak sempat aku eksplore karena keterbatasan waktu. Dari pantai tempat makan hanya berjarak 300 meter lagi sampai tanjung tempat kami menyelam, spot ini dinamakan Salmon, sesuai nama penemunya.

Tidak kalah dengan wall di Supiori, bahkan termasuk ceruk dan rongganya, wall di Salmon ini begitu menawan. Tiga Napoleon yang tanpa takut melintas dekat-dekat dan mengitariku. Segerombolan GT sirip kuning yang juga selalu melesat disampingku. Dua ekor GT sirip biru besar yang seakan memintaku untuk menembaknya. Benar-benar surga bawah air yang tak akan bosan-bosannya kuselami....
 





















Dive Ketiga : Dermaga Pasar Ikan

Dive ketiga atau dive terakhir di hari terakhir adalah dive yang sangat kusukai. Muck dive mencari makro di dermaga, sayangnya aku harus menepati 12 jam no fly time sehingga aku hanya menyelam 90 menit saja disini. Padahal banyak makro yang belum pernah aku lihat di tempat lain. Jadi pengin tinggal di Biak nih... Bisa shore entry untuk nyari makro sepuasnya.

Aku tidak mampu cerita banyak tentang site ini saking indahnya. Silakan dilihat saja ya hasil foto-fotoku....
 











At The End of Time

Seperti biasa di hari terakhir dive trip, sama persis yang kurasakan saat perpisahan dengan teman2 di Komodo, hatiku gak keruan. Susah digambarkan lah.....



Kami ngopi di Cafe Daeng dari jam 9 sampai jam 12 malam. Plus nyanyi-nyanyi walaupun hanya Julius saja yang suaranya bagus. Kalau tidak ingat aku harus bangun pagi-pagi dan menyimpan banyak bubble nitrogen dalam tubuhku yang harus banyak-banyak kuhilangkan serta teman-teman yang juga masih diving besok pagi, aku mau sampai klenger kongkow-kongkow disini. Tapi seperti kata pepatah : semua peristiwa harus berakhir di dunia ini dan all wells end wells, maka kami akhiri malam ini dan juga ceritaku ini. Tentu saja akan ada cerita seru di lain waktu, namanya juga aku je he he....


























My Live My Adventure....






Komentar

  1. Mantap pak ari pulung... Btw kpn kebiak lg.. Pengin coba FD di wreck catalina nich

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jalan-jalan Manokwari (1) : Kesan pertama sangat menggoda

Memancing Jayapura (02) : Harlem yang tidak kelam

Memancing Jayapura (05) : PLTU Holtekamp; seperti pasar malam